Senin, 21 November 2011

Obat Tradisional, Apa Saja Manfaatnya?
Untuk selalu mendapatkan kesehatan yang prima dan mempertahankan agar wajah tetap terlihat menarik merupakan impian semua orang. Berbagai resep dengan memanfaatkan berbagai obat tradisional mungkin sudah sering didengar. Dengan memanfaatkan buah-buahan, daun-daunan atau hal lain yang umum dijumpai di dapur sebagai bumbu masak atau pelengkap masakan, ternyata dapat pula dimanfaatkan untuk mengatasi masalah kesehatan dan kecantikan. Khasiatnya sudah dapat dibuktikan selama beberapa generasi. Apa saja obat tradisional yang bermanfaat? Lalu apakah obat tradisional tidak berbahaya?

Obat Tradisional

Selama berabad-abad, berbagai macam obat telah berupaya ditemukan manusia untuk mengobati berbagai penyakit. Sejak zaman yang paling awal, obat tradisional yang kebanyakan berupa obat herbal telah digunakan untuk mengobati penyakit. Misalnya Papirus Ebers, yang disusun di Mesir sekitar abad ke-16 SM, memuat ratusan obat rakyat untuk berbagai penyakit. Akan tetapi, pengobatan herbal biasanya diturunkan secara lisan dari generasi ke generasi.
Meskipun ada yang berpendapat bahwa obat tradisional atau obat herba lebih aman daripada obat-obat farmasi modern, obat tradisional bukannya tidak berisiko. Peringatan dan rekomendasi apa saja yang hendaknya dicamkan seseorang sewaktu mempertimbangkan pengobatan herbal atau obat tradisional? Sebelum membahas mengenai risiko obat tradisional, berikut ini adalah beberapa resep obat tradisional dan fakta pengobatan dari masing-masing resep tersebut yang berkhasiat untuk mengatasi beberapa jenis penyakit dan mengatasi problem untuk penampilan pribadi.

Kolesterol dan Diabetes

  • Resep: Rebus daun salam bersama laos lalu minum air rebusan tersebut.
  • Fakta: Daun salam mengandung flavonoid dan tanin sebagai zat yang mampu menurunkankan kolesterol. Dapat pula menurunkan kadar gula dalam darah.

    Laos mengandung minyak atsiri untuk membantu memperlancar sirkulasi darah dan proses pengeluaran sisa metabolisme termasuk kolesterol yang berlebih.

Hipertensi

  • Resep: Konsumsi daun seledri secara teratur.
  • Fakta: Seledri mengandung phthalide yang mampu untuk mengendurkan otot arteri sehingga menurunkan tekanan darah bagi penderita hipertensi dan juga mengurangi produksi hormon stres.

Sakit Kepala

  • Resep: Minum rebusan air dari jahe, sereh dan ketumbar.
  • Fakta: Jahe, sereh dan ketumbar mengandung minyak atsiri yang akan memperlancar peredaran darah juga berfungsi sebagai analgetik untuk mengurangi sakit di kepala.

Batuk

  • Resep: Air jeruk nipis dicampur dengan madu.
  • Fakta: Jeruk nipis mengandung vitamin C yang dapat memperbaiki ketahanan tubuh untuk melawan flu. Juga berfungsi sebagai antiseptik yang mampu membuang racun dalam tubuh.

    Madu yang juga berfungsi sebagai antiseptik dan mampu menambah tenaga untuk mengalahkan penyakit.

Luka

  • Resep: Oleskan madu pada bagian yang terluka
  • Fakta: Madu mengandung hydrogen peroxide dan gluconic acid yang akan membunuh bakteri penyebab infeksi dan membantu pertumbuhan sel baru sehingga luka menjadi cepat sembuh.

Mimisan

  • Resep: Gulung daun sirih yang telah dibersihkan dan masukkan ke dalam lubang hidung.
  • Fakta: Daun sirih mampu untuk mengurangi pendarahan, termasuk pada pendarahan di selaput lendir hidung seperti yang terjadi pada orang yang mengalami mimisan ini.

Bau Mulut

  • Resep: Rebus daun sirih, cengkeh dan kunyit. Lalu kumur dengan menggunakan air rebusan tersebut.
  • Fakta: Daun sirih dan cengkeh mengandung zat antiseptik. Kunyit mengandung kurkumin yang mampu mengatasi infeksi kuman penyebab bau mulut.

Keputihan

  • Resep: Rebus daun sirih dan sambiloto.
  • Fakta: Daun sirih berfungsi sebagai antiseptik. Sambiloto berfungsi sebagai antiflamasi yang mampu membunuh jamur dan mencegah rasa gatal.

Nyeri haid

  • Resep: Rebus kunyit bersama dengan asam jawa.
  • Fakta: Kunyit mengandung kurkumin. Asam jawa mengandung fruit acid yang akan membuat darah haid menjadi lancar dan mengurangi kram perut.

Susah Tidur

  • Resep: Mengoleskan minyak lavender pada bantal atau bawah hidung agar dapat tercium. Bisa juga dengan minum jus mentimun, pisang dan biji pala.
  • Fakta: Aromaterapi dengan menggunakan bunga lavender membuat seseorang lebih cepat tidur dengan nyenyak.

    Mentimun banyak mengandung vitamin C. Pisang mengandung karbohidrat dan asam folat yang melancarkan sirkulasi darah. Biji pala mengandung minyak atsiri yang mempu membuat pikiran menjadi tenang.

Bibir Kering

  • Resep: Oleskan madu pada bibir.
  • Fakta: Madu berfungsi sebagai antioksidan dan humecant yang dapat mempertahankan kelembaban, termasuk kelembaban bibir sehingga bibir tidak menjadi pecah-pecah.

Gigi Kusam

  • Resep: Lumatkan stroberi dan campur dengan setengah sendok teh baking soda. Oleskan pada gigi, diamkan selama beberapa menit kemudian bersihkan. Lakukan sesekali saja, karena asam ini dapat mengikis gigi Anda bila digunakan secara sering.
  • Fakta: Stroberi mengandung malic acid yang berfungsi sebagai pemutih alami.

Kerutan

  • Resep: Ambil putih telur dan oleskan pada wajah, gunakan sebagai masker.
  • Fakta: Putih telur mangandung albumin yang dapat berfungsi sebagai pelembab dan mengencangkan kulit.

Ketombe

  • Resep: Rendam irisan cabe rawit dalam perasan air jeruk nipis. Oleskan pada kepala sebelum keramas.
  • Fakta: Jeruk nipis mengandung vitamin C dan fruit acid. Sedangkan cabe rawit mengandung kapsaisin yang mampu membunuh bakteri atau jamur sehingga kulit kepala menjadi bersih.

Sengatan Lebah

  • Resep: Oleskan pasta gigi atau campuran baking soda dan air pada bagian yang tersengat. Jangan lupa untuk mengeluarkan sengat yang tertinggal pada tubuh.
  • Fakta: Pasta gigi dapat menetralkan rasa sakit akibat sengatan. Baking soda dapat memberi rasa nyaman pada luka sengatan.

Kulit Terbakar atau Melepuh

  • Resep: Oleskan lidah buaya pada bagian tubuh yang melepuh.
  • Fakta: Lidah buaya mengandung mucopolysaccharides yang bermanfaat sebagai antiseptik dan antiradang sehingga membantu agar kulit yang melepuh tidak terinfeksi kuman juga mencegah terjadinya kemerahan akibat radang. Kandungan kolagen pada lidah buaya pencegah terjadinya pembengkakan. Selain itu, lidah buaya mampu memberi efek dingin yang membantu mengurangi rasa sakit.

Peringatan dalam Menggunakan Obat Tradisional

Sekalipun herba atau obat tradisional mungkin secara luas dianggap aman, disarankan untuk waspada. Jangan longgarkan kewaspadaan Anda hanya karena suatu produk berlabelkan "natural". Fakta yang tidak menyenangkan ialah bahwa beberapa herba bahkan bisa sangat berbahaya. Dan ironisnya beberapa orang tidak memandang herba atau obat tradisional sebagaimana mestinya. Senyawa kimia dalam obat tradisional atau herba dapat mengubah detak jantung, tekanan darah, dan kadar glukosa. Maka, orang yang memiliki problem jantung, tekanan darah tinggi, atau kelainan gula darah seperti diabetes mesti sangat waspada.
Meski demikian, efek sampingan obat tradisional biasanya terbatas pada reaksi tipe alergi. Misalnya sakit kepala, pusing, mual, atau ruam. Beberapa pengobatan tradisional atau herba kemungkinan bisa menimbulkan "krisis penyembuhan" dengan menghasilkan gejala seperti flu atau gejala lainnya. Orang yang mengkonsumsi obat tradisional mungkin tampak menjadi lebih parah sebelum menjadi lebih baik. Secara umum dikatakan bahwa reaksi ini disebabkan oleh pembuangan limbah racun dari tubuh selama tahap-tahap awal terapi herbal.
Jika Anda memilih untuk mengobati sendiri dengan obat tradisional, sebaiknya Anda mempertimbangkan beberapa risiko seperti bahwa Anda mungkin tidak benar-benar tahu apa penyebab problem kesehatan Anda. Lalu pengobatan yang Anda lakukan secara sendiri mungkin menyembuhkan penyakit ringan, tetapi memperburuk problem kesehatan lainnya, seperti tekanan darah tinggi. Bahkan beberapa pengobatan sendiri bisa jadi mungkin bertolak belakang dengan obat yang diresepkan dokter.
Seperti semua produk kesehatan, obat tradisional hendaknya digunakan dengan kewaspadaan, pengetahuan dan, keseimbangan. Ingatlah bahwa ada beberapa penyakit dan problem kesehatan yang sekarang ini tidak ada obatnya.

timnas


JAKARTA - Menteri olaharga, Adi Malarangeng mengapresiasikan kekalahan Indonesia atas Malaysia. Dia menganggap permainan di laga final tadi cukup menakjubkan. Dia pun siap memberikan bonus sebesar 50 juta untuk para pemain timnas.
"Tim Garuda Muda kita sudah bermain cukup bagus, bermain menyerang tapi walaupun hasil akhirnya kita kalah, namun saya yakin dengan tim Garuda Muda kita ini untuk kita kembangkan kedepan," katanya di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senin (21/11/2011).
Menurutnya, juara umum SEA Games 2011 lebih penting ketimbang hanmya menjadi juara pada cabang olahraga sepakbola.
"Yang jelas sekarang kita sudah bisa juara umum, ibarat makan enak tapi kurang sambalnya. Jadi kurang sedikit lagi saja," terangnya.

Menurut dia, cabang olah raga lainnya jug tak bisa diacuhkan. Pasalnya karena itu, Indonesia menjadi juara umum. "Tim sepakbola kita saat ini luar biasa, bisa menumnbangkan perak setelah beberap kali SEA Games," jelasnya.

Ditambahkannya, mendapatkan perak dari cabang sepakbola itu sudah terhormat. "Sekarang dapat perak sudah kalah terhormat. Dan kita akan kembangkan tim ini dan membinanya untuk tulang punggung timnas kedepan," katanya.

Untuk bonus, sesuai jnjinya, bahwa jika mendapatkan emas akan diberikan 200 juta, 50juta untuk perak dan 30 untuk perunggu. "Bonus sudah kita siapkan," jelasnya.
(fit)

sumber: http://sports.okezone.com/read/2011/11/22/462/532430/andi-malarangeng-beri-bonus-50-juta-untuk-timnaas-u23

Jumat, 18 November 2011

Pendidikan Multikultural

MASYARAKAT MULTIKULTURAL
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
Dosen Pengampu : Nur Hidayah, M.Si


Disusun oleh:
1.    Triyono                              (10413244014)
2.    Kurnia Dwi Sulistiani           (10413244020)
3.    Tuntun Suryaningsih            (10413244029)
4.    Khallet                               (10413249007)


PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG
Indonesia adalah negara yang terdiri dari beragam masyarakat yang berbeda seperti agama, suku, ras, kebudayaan, adat istiadat, bahasa, dan lain sebagainya yang menjadikan masyarakat Indonesia sebagai masyarakat yang majemuk. Dalam kehidupan yang beragam seperti ini menjadi tantangan untuk mempersatukan bangsa Indonesia menjadi satu kekuatan yang dapat menjunjung tinggi perbedaan dan keragaman masyarakatnya. Hal ini dapat dilakukan dengan pendidikan multikultural yang ditanamkan kepada anak-anak lewat pembelajaran di sekolah maupun di rumah.
Seorang guru bertanggung jawab dalam memberikan pendidikan terhadap anak didiknya dan dibantu oleh orang tua dalam melihat perbedaan yang terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari. Namun pendidkan multikultural bukan hanya sebatas kepada anak-anak usia sekolah tetapi juga kepada masyarakat Indonesia pada umumnya lewat acara atau seminar yang menggalakkan pentingnya toleransi dalam keberagaman yang menjadikan masyarakat Indonesia dapat menerima bahwa mereka hidup dalam perbedaan dan keragaman.
Upaya ini juga dapat dilakukan oleh media, mengingat fungsinya sebagai alat informasi kepada masyarakat. Media berfungsi memberikan pendidikan multikultural lewat tulisan dan tayangan yang mengajarkan toleransi masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Mengingat media massa dapat berdampak pada pengetahuan, nilai-nilai, sikap dan perilaku, sehingga masyarakat dapat mengetahui secara langsung bagaimana hakikat toleransi yaitu kesediaan untuk hidup berdampingan secara damai dan saling menghargai pihak lain. Apa yang disajikan media kepada masyarakat dapat mempengaruhi kehidupan mereka sehari-hari sehingga fungsi media sangat berperan dalam memberikan pendidikan multikultural untuk mencapai masyarakat yang saling menyatu dalam bingkai negara indonesia seperti slogan "Bhineka Tunggal Ika" yang bermakna berbeda-beda namun tetap satu. Ini menyatakan bahwa keragaman dan perbedaan yang ada di Indonesia menjadi kekuatan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian pendidikan ?
2.      Apa pengertian Multikulturalisme ?
3.      Apa pengertian pendidikan Multikultural ?
4.      Bagaimana Pendidikan Multikultural di Indonesia ?
C.     TUJUAN
1.      Untuk mengetahui pengertian pendidikan.
2.      Untuk mengetahui Pengertian Multikulturalisme.
3.      Untuk mengetahui pengertian Pendidikan Multikultural.
4.      Untuk mengetahui Pendidikan Multikultural di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Pendidikan
Bagi kehidupan umat manusia, pendidikan merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan, mustahil untuk manusia dapat hidup dan berkembang sejalan dengan cita-cita untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut pandangan hidup mereka. Pendidikan merupakan bagian dan proses kebudayaan. Pendidikan ada karena untuk menghadapi tantangan zaman. Pendidikan merupakan proses yang tidak akan berhenti selama sejarah kebudayaan manusia belum memasuki tahap akhir.
Dibawah ini adalah pengertian pendidikan menurut para ahli:
·        Menurut John Dewey, pendidikan adalah rekonstruksi atau reorganisasi pengalaman yang menambah makna pengalaman, dan yang menambah kemampuan untuk mengarahkan pengalaman selanjutnya.
·        Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah tuntunan didalam hidup tumbuhnya anak-anak. Maksudnya yaitu, menuntun  segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
·        Menurut John S. Brubacher, pendidikan adalah proses dimana potensi, kemampuan, kapasitas manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan yang baik, dengan media yang disusun sedemikian rupa dan digunakan oleh manusia untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
Pendidikan dewasa ini harus dilaksanakan dengan teratur dan sistematis agar dapat memberikan hasil yang sebaik-baiknya. Apalagi dunia pendidikan saat ini dihadapkan dengan perkembangan dan kemajuan teknologi dan informasi, juga dihadapkan pada realitas sosial, budaya yang sangat beragam (multikultur). Dengan demikian, pendidikan mau tidak mau juga harus merespon dan menyesuaikan dengan persinggungan budaya masyarakat sekitar.
B.     Pengertian Multikulturalisme.
                        Secara etimologis, multikulturalisme dibentuk darikata multi (banyak), kultur (budaya) dan isme (aliran atau paham). Secara hakiki, dalam kata itu terkandung pengakuan akan martabat manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing yang unik. Dengan demikian, setiap individu merasa dihargai sekaligus merasa bertanggung jawab untuk hidup bersama komunitasnya.
konsep multikulturalisme sangat menjunjung perbedaan bahkan menjaganya agar tetap hidup dan berkembang secara dinamis. Lebih dari sekadar memelihara dan mengambil manfaat dari perbedaan, perspektif multikulturalisme memandang hakikat kemanusiaan sebagai sesuatu yang universal. Manusia adalah sama. Bagi masyarakat multikultural perbedaan merupakan sebuah kesempatan untuk mengembangkan hakikat sosial manusia dengan dialog dan komunikasi.
Karakter masyarakat multikultural adalah toleran. Mereka hidup dalam semangat peaceful co-existence, hidup berdampingan secara damai. Setiap entitas sosial dan budaya masih membawa jati dirinya, tidak terlebur kemudian hilang, namun juga tidak diperlihatkan sebagai kebanggaan melebihi penghargaan terhadap entitas lain. Dalam perspektif multikulturalisme, baik individu maupun kelompok dari berbagai etnik dan budaya hidup dalam societal cohesion tanpa kehilangan identitas etnik dan kultur mereka. Sekalipun mereka hidup bersatu dalam kehidupan social, tetapi antar-entitas tetap ada jarak. Untuk menjaga jarak sosial tersebut tetap kondusif diperlukan jalinan komunikasi, dialog dan toleransi yang kreatif.

     Multikulturalisme adalah sebuah ideologi dan sebuah alat atau wahana untuk meningkatkan derajat manusia dan kemanusiaannya. Sebagai sebuah ideology, multikulturalisme terserap kedalam berbagai interaksi yang ada dalam berbagai struktur kegiatan kehidupan manusia yang tercakup dalam kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan berbagai kegiatan lainnya didalam masyarakat yang bersangkutan. 
C.     Pengertian  Pendidikan Multikultural.
Menurut pendapat Andersen dan Cusher, pendidikan multikultural dapat diartikan sebagai pendidikan mengenai keragaman kebudayaan. Kemudian, James Banks mendefinisikan pendidikan multikultural sebagai pendidikan untuk people of color. Artinya, pendidikan multikultural ingin mengeksplorasi perbedaan sebagai keniscayaan (anugerah Tuhan atau sunatulloh). Muhaemin el’mahadi mengartikan pendidikan multikultural sebagai pendidikan tentang keragaman kebudayaaan dalam merespon perubahan demografis dan kultural lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara keseluruhan atau global. Hilda hernandes, mengartikan pendidikan multikultural sebagai perspektif yang mengakui realitas politik, sosial, dan ekonomi yang dialami oleh masing-masing individu dalam kehidupan manusia yang kompleks dan beragam secara kultur, dan merefleksikan pentingnya budaya, ras, seksualitas dan gender, etnisitas, agama, status soial, dan ekonomi.
Menciptakan tatanan masyarakat yang terdidik dan berpendidikan, bukan sebuah masyarakat yang hanya mengagungkan prestise sosial karena kekayaan dan kemakmuran yang dimiliki. Pendidikan multikultural merupakan respon terhadap perkembangan keragaman populasi sekolah, sebagaimana tuntutan hak bagi setiap kelompok. Secara luas, pendidikan multikultural mencakup seluruh siswa tanpa membedakan kelompok-kelompoknya seperti gender, etnik, ras, budaya, strata sosial dan agama.  
        James Bank menjelaskan bahwa pendidikan multikultural memiliki beberapa dimensi, yaitu:
1.       Content integration, yaitu mengintegrasikan berbagai budaya dan kelompok untuk mengilustrasikan konsep mendasar, generalisasi, dan teori dalam mata pelajaran atau disiplin ilmu.
  1. The knowledge construction process, yaitu membawa siswa untuk memahami implikasi budaya kedalam sebuah mata pelajaran atau disiplin.
  2. An equity paedagogy, yaitu menyesuaikan metode pengajaran dengan cara belajar siswa dalam rangka memfasilitasi prestasi akademik siswa yang beragam baik dari segi ras, budaya, ataupun sosial.
  3. Prejudice reduction, yaitu mengidentifikasi karakteristik ras siswa dan menentukan metode pengajaran mereka, kemudian melatih kelompok untuk berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, berinteraksi dengan seluruh staff dan siswa yang berbeda etnis dan ras dalam rangka menciptakan budaya akademik yang toleran dan inklusif.
Pendidikan multikultural merupakan sikap peduli dan mau mengerti atau politik pengakuan terhadap orang-orang dari kelompok minoritas. Pendidikan multikultural melihat masyarakat secara lebih luas. Paradigma pendidikan multikultural mencakup subjek-subjek mengenai ketidakadilan, kemiskinan, penindasan, dan keterbelakangan kelompok minoritas dalam berbagai bidang social, budaya, ekonomi, pendidikan dan lain sebagainya. Istilah pendidikan multikultural dapat digunakan baik pada tingkat deskriptif dan normatif, yang menggambarkan isu-isu dan masalah-masalah pendidikan yang berkaitan dengan masyarakat multikultural. Dalam konsep deskriptif, kurikulum pendidikan multikultural harus mencakup subjek-subjek seperti toleransi, tema-tema tentang perbedaan etnokultural dan agama, bahaya diskriminasi, penyelesaian konflik dan mediasi, HAM, demokrasi dan pluralitas, multikulturalisme, dan kemanusiaan universal.
Dalam konteks teoritis, belajar dari model-model pendidikan multicultural yang pernah adadan sedang dikembangkan oleh Negara-negara maju, dikenal adanya lima pendekatan, yaitu:
1.      Pendidikan mengenai perbedaan kebudayaan atau multikulturalisme.
2.      Pendidikan mengenai perbedaan kebudayaan atau pemahaman kebudayaan.
3.      Pendidikan bagi pluralisme kebudayaan.
4.      Pendidikan dwi-budaya.
5.      Pendidikan multicultural sebagai pengalaman moral manusia.
Pendidikan multikulturalisme muncul karena dilatarbelakangi oleh adanya globalisasi. Globalisasi memunculkan peluang, ancaman, dan tantangan bagi kehidupan manusia diberbagai belahan bumi, termasuk Indonesia. Pendidikan multikultural hendaknya dijadikan strategi dalam mengelola kebudayaan dengan menawarkan strategi informasi budaya yang ampuh yakni melalui mekanisme pendidikan yang menghargai perbedaan budaya. Globalisasi sebagai tantangan global perlu diimbangi dengan penguata budaya lokal.
Ciri-ciri pendidikan multikulturalisme
  1. Tujuannya membentuk “manusia budaya” dan menciptakan “masyarakat berbudaya atau berperadaban”.
  2. Materinya mengajarkan nilai-nilai luhur kemanusiaan, nilai-nilai bangsa dan nilai-nilai kelompok etnis atau kultural.
  3. Metodenya demokratis, yang menghargai aspek-aspek perbedaan dan keberagaman budaya bangsa dan kelompok etnis (multikulturalis)
  4. Evaluasinya ditentukan pada penilaian terhadap tingkah laku anak didik yang meliputi persepsi, apresiasi, dan tindakan terhadap budaya lainnya.
D.    Pendidikan Multikultural di Indonesia.
Di Indonesia, pendidikan multikultural dikenal sebagai suatu pendekatan yang dianggap lebih sesuai bagi masyarakat Indonesia yang heterogen dan plural. Pendidikan multikultural yang dikembangkan di Indonesia sejalan dengan pengembangan demokrasi yang di jalankan sebagai counter terhadap kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah. Apabila hal itu tidak dilaksanakan dengan hati-hati, justru mungkin akan menjerumuskan kita kedalam perpecahan rasional( disitegrasi bangsa dan separatisme).
Model pendidikan di Indonesia menunjukkan keragaman tujuan yang menerapkan strategi dan sarana yang di pakai untuk mencapainya. Selain itu, pendidikan multikultural dimungkinkan akan terus berkembang seperti ‘bola salju’ yang menggelinding, semakin membesar dan ramai di perbincangkan. Dan yang lebih penting adalah pendidikan multikultural akan dapat diberlakukan dalam dunia pendidikan di negeri yang multikultural. Dalam melaksanakan pendidikan multikultural di Indonesia, seharusnya dikembangkan prinsip solidaritas, yaitu kesiapan untuk berjuang dan bergabung dalam perlawanan demi pengakuan perbedaan yang lain dan bukan demi dirinya sendiri. Solidaritas menuntut agar kita melupakan upaya-upaya penguatan identitas, melainkan menuntut kita agar berjuang bersama yang lain. Dengan demikian, kehidupan multikultural yang dilandasi kesadaran akan eksistensi diri tanpa merendahkan yang lain diharapkan segera terwujud.
Banyaknya keragaman yang ada di Indonesia seharusnya membuat negara Indonesia menjadi contoh yang baik dari dunia internasional dalam hal kehidupan yang majemuk atau beragam. Tetapi, bukan hal yang mudah untuk menyatukan masyarakat yang berbeda dari segi agama, ras, budaya serta bahasa. Namun, ketika masyarakatnya sadar bahwa mereka berada pada wilayah yang mengharuskan mereka hidup berdampingan, maka secara perlahan namun pasti hal itu dapat berjalan jika semua elemen masyarakat mempunyai tujuan yang satu yaitu kehidupan berbangsa dan bernegara yang adil, makmur dan sentosa seperti yang dicita-citakan bangsa Indonesia sejak penjajahan hingga kemerdekaan.
Pendidikan multikultural merupaan pendidikan yang memberikan penekanan terhadap proses penanaman cara hidup yang saling menghormati, tulus, dan toleran terhadap keanekaragaman budaya hidup di tengah-tengah masyarakat dengan tingkat pluralitas yang tinggi. Di Indonesia yang memiliki kemajemukan masyarakat yang tinggi, pendidikan ini memiliki peran yang sangat strategis untuk dapat mengelola kemajemukan secara kreatif.
Di Indonesia,  terdapat asas-asas dalam pendidikan multikultural yaitu:
1.      Asas wawasan Nasional/kebangsaan ( persatuan dalam perbedaan). Asas ini didasarkan pada konsep kenasionalan/kebangsaan.
2.       Asas Bhineka Tunggal Ika (perbedaan dalam persatuan ). Konsep ini menekankan keragaman dalam budaya yang menyatu dalam wilayah Negara kita.
3.      Asas kesederajatan. Semua budaya dipandang sederajat, diakui dan dikembangkan dalam keseteraan.
4.      Asas selaras, serasi dan seimbang. Semua budaya dikembangkan selaras dengan perkembangan masing-masing.


BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Sebagai bangsa yang heterogen atau majemuk, multukulturalisme menjadi sangat penting dikembangkan, maka program-program multikultural senantiasa diarahkan untuk menumbuhkan pemahaman dan partisipasi dari kelompok- kelompok masyarakat agar tumbuh simpati terhadap perjuangan multikultural tersebut.
Untuk itu, langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah bahwa multikulturalisme perlu menjadi bagian dari kurikulum pendidikan. Pendidikan multikultural merupakan pendekatan progresif untuk melakukan transformasi pendidikan dan budaya masyarakat secara menyeluruh, juga untuk memperbaiki kekurangan dan kegagalan serta membongkar praktik-praktik diskriminatif dalam proses pendidikan.  
Pendidikan merupakan wahana yang paling tepat untuk membangun kesadaran multikulturalisme, karena dalam tataran ideal, pendidikan seharusnya dapat berperan sebagai ‘juru bicara’ bagi terciptanya fundamen kehidupan multicultural yang terbebas dari kooptasi negara.
Multikulturalisme kebangsaan Indonesia belum sepenuhnya dipahami oleh segenap warga masyarakat. Memang, masyarakat telah memahami sepenuhnya bahwa setiap manusia terlahir berbeda, baik secara fisik maupun non fisik, tetapi nalar kolektif masyarakat belum bias menerima realitas bahwa setiap individu atau kelompok tertentu memiliki system keyakinan, budaya, agama, ras dan tata cara ritual yang berbeda. Multikulturalisme sebagai sebuah paham yang menekankan pada kesederajatan dan kesetaraan budaya lokal tanpa mengabaikan hak-hak dan eksistensi budaya yang lain penting kita pahami bersama dalam kehidupan masyarakat yang multikultural seperti Indonesia. Jika tidak, dalam masyarakat kita kemungkinan besar akan selalu terjadi konflik akibat ketidaksaling pengertian dan pemahaman terhadap realitas multikultural tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Siswoyo, Dwi dkk. 2008. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Mahfud, Choirul. 2008. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
http://www.literasimedia.org/pendidikan-multikultural-di-indonesia

kelompok sosial dalam masyarakat multikultural

                 BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang Masalah
Masyarakat multikultural merupakan sebuah masyarakat yang didalamnya memiliki perbedaan budaya, namun tetap memiliki kesederajatan dalam memperoleh perlakuan. Seperti halnya pada masyarakat umum, dalam masyarakat multikultural juga terdapat berbagai unsur, diantaranya yaitu kelompok sosial. Kelompok sosial ialah gabungan dari individu yang memiliki tujuan serta kepentingan yang sama. Makalah ini akan membahas mengenai kelompok sosial dalam masyarakat multikultural.

B.       Rumusan Masalah
1.         Apakah pengertian dari kelompok sosial?
2.         Apa saja bentuk kelompok sosial dalam masyarakat multikultural di Indonesia?
3.         Apakah dampak yang ditimbulkan dari adanya kelompok sosial dalam masyarakat multikultural?

C.       Tujuan Penulisan Makalah
1.         Untuk mengetahui pengertian dari kelompok sosial.
2.         Untuk mengetahui bentuk kelompok sosial dalam masyarakat multikultural.
3.         Untuk mengetahui dampak dari adanya kelompok sosial dalam masyarakat multikultural.




BAB II
PEMBAHASAN

A.       Pengertian dan Bentuk-bentuk Kelompok Sosial
Kelompok sosial adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok sosial diciptakan oleh anggota masyarakat. Kelompok sosial juga dapat memengaruhi perilaku para anggotanya.
Berikut ini berbagai macam kelompok atau asosiasi dalam masyarakat:
a.       In group-Out group
In group (kelompok dalam) merupakan kelompok sosial yang diantara anggota-anggotanya saling simpati dan mempunyai perasaan dekat satu dengan lainnya. Misalnya klik. Sedangkan outgroup (kelompok luar) ialah kelompok yang berada di luar suatu kelompok yang ditandai oleh adanya antagonisme, prasangka atau antipati. Misalnya orang-orang kulit hitam di lingkungan orang-orang kulit putih.
b.      Kelompok Primer dan sekunder
Klasifikasi ini dikemukakan oleh C.H. Colley (1909). Kelompok primer dan sekunder dibedakan berdasarkan ada tidaknya ciri saling mengenal atau kerjasama yang erat dan bersifat personal di antara anggota-anggotanya.
c.       Gemainschaft dan Gesselschaft
Gemainschaft (paguyuban) adalah suatu bentuk kehidupan bersama yang anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni, bersifat alamiah dan kekal. Hubungan antar-anggota kelompok paguyuban memiliki ciri : (1) intim, (2) privat, dan (3) eksklusif. Misalnya keluarga.
Menurut Tonnies, ada tiga tipe gemeinschaft, yaitu: (1) gemainschaft by blood, contohnya keluarga atau kelompok kekerabatan (klen), (2) gemainschaft of place, misalnya orang-orang se-RT/RW, (3) gemainschaft of mind, yaitu paguyuban yang terdiri atas orang-orang yang memiliki jiwa atau ideologi yang sama, sehingga meskipun bertempat kediaman yang saling berjauhan dan tidak memiliki kesamaan keturunan atau keluarga tetapi tetap memiliki hubungan yang erat, intim, kekal dan dalam. Misalnya: kelompok keagamaan (umat), sekte, kelompok kebatinan, dan sebagainya.
Sedangkan Gesselschaft (patembayan) adalah suatu bentuk kehidupan bersama yang didasarkan pada ikatan lahir dan bersifat  kontraktual. Contohnya: Sebuah perusahaan atau organisasi buruh.
d.      Kelompok Formal dan Informal
Klasifikasi ini dikemukakan oleh van Doorn dan Lammers (1964). Kelompok formal merupakan kelompok yang mempunyai peraturan-peraturan yang tegas dan sengaja diciptakan. Pada  kelompok formal terdapat pembatasan yang tegas mengenai hak-hak, kewajiban, wewenang, dan tanggung jawab anggota-anggota kelompok sesuai dengan statusnya masing-masing, baik fungsional maupun struktural.
Kelompok informal merupakan kelompok yang dibangun berdasarkan hubungan-hubungan yang bersifat personal dan tidak ditentukan oleh aturan-atuan yang resmi.


e.       Kelompok organik dan mekanik
Klasifikasi ini dikemukakan oleh Emmile Durkheim didasarkan pada ada tidaknya pembagian kerja dalam kelompok. Di dalam kelompok organik terdapat pembagian kerja yang rinci dan tegas di antara anggota-anggotanya, sedangkan pada kelompok mekanik tidak terdapat pembagian kerja. Ada tidaknya pembagian kerja ini menimbulkan pula sifat solidaritas antar-anggota yang berbeda. Pada kelompok organik terdapat solidaritas organik, dan dalam kelompok mekanik terdapat solidaritas mekanik.
f.        Membership dan reference group
Klasifikasi ini dikemukakan oleh Robert K. Merton. Membership Group merupakan kelompok dengan anggota-anggota yang tercatat secara fisik sebagai anggota. Sedangkan reference group merupakan kelompok acuan, maksudnya orang menjadikan kelompok yang bersangkutan sebagai acuan bertindak dan berperilaku, walaupun secara fisik ia tidak tercatat sebagai anggota.
g.       Kelompok-kelompok semu dan tidak teratur
1)      Kerumunan
Kerumunan ialah sekumpulan orang yang tidak terorganisir dan bersifat sementara. Suatu kerumumnan dapat memiliki pemimpin, tetapi tidak memiliki struktur dan pembagian kerja. Identitas seseorang akan tenggelam apabila berada dalam sebuah kerumunan.




Tipe-tipe kerumunan antara lain:
a)      Khalayak penonton (pendengar formal atau formal audience)
Kerumunan demikian mempunyai perhatian dan tujuan yang sama, misalnya penonton bioskop, pengunjung khotbah agama, dsb.
b)      Kelompok ekspresif yang direncanakan (planned expressive group)
Kerumunan yang terdiri atas orang-orang yang mempunyai tujuan sama tetapi pusat perhatiannya berbeda-beda, misalnya kerumunan orang-orang yang berpesta.
c)      Kumpulan orang yang kurang menyenangkan (inconvinent aggregations)
Dalam kerumunan semacam ini kehadiran orang lain merupakan halangan bagi seseorang dalam mencapai tujuan. Misalnya: antre tiket, kerumunan penumpang bus, dst.
d)      Kumpulan orang-orang yang panik (panic crowd)
Panic crowd adalah kerumunan yang terdiri atas orang-orang yang menghindari bencana atau ancaman, misalnya pengungsi.
e)      Kerumunan penonton (spectator crowd)
Spectator crowd adalah kerumunan orang-orang yang ingin melihat sesuatu atau peristiwa tertentu.  Kerumunan semacam ini hampir sama dengan formal audience, tetapi tidak terencana.

f)        Lawless crowd
Yaitu kerumunan orang-orang yang berlawanan dengan hukum, misalnya: acting mobs, yakni kerumunan orang-orang yang bermaksud mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan kekuatan fisik. Contoh lain: immoral crowd, seperti formal audience, tetapi bersifat menyimpang.
2)      Publik (massa)
Seringkali disebut dengan khalayak umum atau khalayak ramai. Publik semacam dengan kelompok hanya tidak menjadi kesatuan, hubungan sosial terjadi secara tidak langsung, melainkan melalui alat-alat komunikasi massa, seperti: media massa cetak, elektronik, termasuk pembicaraan berantai, desas-desus, dan sebagainya.
B.     Masyarakat multikultural
Masyarakat multikultur terkadang disebut sebagai masyarakat majemuk atau plural society. Istilah plural society pertama kali digunakan oleh JS Furnival untuk menyebut masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih tertib sosial, komunitas atau kelompok-kelompok yang secara kultural, ekonomi dan politik terpisah-pisah serta memiliki struktur kelembagaan yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya, atau dengan kata lain merupakan suatu masyarakat di mana sistem nilai yang dianut oleh berbagai kesatuan sosial yang menjadi bagiannya adalah sedemikian rupa sehingga para anggotanya kurang memiliki loyalitas terhadap masyarakat sebagai keseluruhan.
Pada masyarakat plural, di dalamnya terdapat lebih dari satu kelompok baik etnik maupun sosial yang menganut sistem kebudayaan (subkultur) berbeda satu dengan yang lain. Sebuah masyarakat kota, mungkin tepat disebut sebagai masyarakat heterogen, sepanjang meskipun mereka berasal dari latar belakang SARA (sukubangsa, agama, ras, atau pun aliran/golongan-golongan) yang berbeda, tetapi mereka tidak mengelompok berdasarkan SARA tersebut.
Selanjutnya, suatu  masyarakat disebut multikultural, majemuk, atau plural apabila para anggota-anggotanya berasal dari SARA yang saling berbeda, dan SARA tersebut menjadi dasar pengelompokan para anggota masyarakat, sehingga dalam masyarakat terdiri atas dua atau lebih kelompok etnis maupun sosial yang didasarkan pada SARA yang pada umumnya bersifat primordial, dan masing-masing mengembangkan subkultur tertentu. Interaksi antar-kelompok lebih rendah daripada interaksi internal karena di dalam masyarakat majemuk, struktur sosial yang ada sering bersifat konsolidatif, sehingga proses menuju integrasi sosialnya terhambat.
Berikut ini beberapa pengertian dari masyarakat multikultur menurut para ahli:
-         Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari beberapa macam komunitas budaya dengan segala kelebihannya, dengan sedikit perbedaan konsepsi mengenai dunia, suatu sistem arti, nilai, bentuk organisasi sosial, sejarah, adat serta kebiasaan (“A Multicultural society, then is one that includes several cultural communities with their overlapping but none the less distinc conception of the world, system of [meaning, values, forms of social organizations, historis, customs and practices”; Parekh, 1997 yang dikutip dari Azra, 2007).
-         Multikulturalisme mencakup suatu pemahaman, penghargaan serta penilaian atas budaya seseorang, serta suatu penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis orang lain (Lawrence Blum, dikutip Lubis, 2006:174)
-         Sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan (Suparlan, 2002, merangkum Fay 2006, Jari dan Jary 1991, Watson 2000)
-         Multikulturalisme mencakup gagasan, cara pandang, kebijakan, penyikapan dan tindakan, oleh masyarakat suatu negara, yang majemuk dari segi etnis, budaya, agama dan sebagainya, namun mempunyai cita-cita untuk mengembangkan semangat kebangsaan yang sama dan mempunyai kebanggaan untuk mempertahankan kemajemukan tersebut (A. Rifai Harahap, 2007, mengutip M. Atho’ Muzhar).

Dengan demikian, multikulturalisme dapat diartikan sebagai keyakinan atau pemahaman bahwa dalam tiap kehidupan masyarakat memiliki berbagai macam kebudayaan. Hal ini dapat dilihat ketika sebuah entitas masyarakat tertentu diamati, maka akan nampak berbagai bentuk perbedaan tingkah laku budaya yang berasal dari kultur etnis dalam entitas tersebut. Kebudayaan tersebut tidak hanya digunakan untuk melakukan aktivitas sosial, ekspresi diri dan penguatan solidaritas kolektif, namun juga digunakan untuk melakukan dialog antara satu etnis lain dalam sebuah entitas. Hubungan antar budaya dari berbagai etnis tersebut didasari oleh pengetahuan budaya dan simbol-simbol budaya yang terkait dengannya.

C.     Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural di Indonesia
Dalam suatu masyarakat majemuk atau multikultural terdapat kelompok-kelompok sosial yang mengikat masyarakat. Kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat multikultural di Indonesia antara lain berdasarkan etnis, agama, maupun stratifikasi sosial.

·        Kelompok Etnis
Kelompok etnis merupakan bentuk kelompok yang menampilkan persamaan bahasa, adat kebiasaan, wilayah, sejarah, sikap dan sistem politik, serta telah mengembangkan subkulturnya sendiri. Kelompok etnis tersebar di seluruh Kepulauan Nusantara.
Secara garis besar, kelompok etnis (suku bangsa) yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut.
1)      Pulau Sumatera antara lain didiami oleh beberapa suku bangsa seperti Suku Aceh, Minangkabau, Melayu, Bengkulu, Batak, Mentawai, Nias, Palembang, dan Lampung.
2)      Pulau Kalimantan antara lain didiami oleh Suku Dayak, Banjar, Melayu, dan sebagainya.
3)      Pulau Jawa antara lain didiami oleh Suku Jawa, Sunda, Badui, Tengger, Samin, dan Betawi.
4)      Pulau Sulawesi antara lain didiami oleh Suku Minahasa, Sangir, Bolang Mangondo, Gorontalo, Toraja, Buton, Bugis, Makassar, dan Mandar.
5)      Pulau Bali antara lain didiami oleh Suku Bali Aga (Bali Asli) dan orang Bali pendatang.
6)      Wilayah Maluku antara lain didiami oleh Suku Ambon, Kei, Tual, Dobo, Morotai, dan sebagainya.
7)      Pulau Papua antara lain didiami oleh Suku Sasak, Dompu, Alor, dan sebagainya.

·        Kelompok Sosial Keagamaan
Dalam masyarakat Indonesia yang multikultural, perbedaan agama merupakan salah satu kekayaan bangsa. Agama-agama yang dianut masyarakat Indonesia adalah agama Islam, Hindu, Buddha, Katolik, Protestan, Kong Hu Chu dan berbagai aliran kepercayaan.
Adanya perbedaan-perbedaan keyakinan tersebut, maka timbullah kelompok-kelompok sosial baik yang formal maupun informal berdasarkan keyakinan terhadap agama tertentu, seperti MUI (Majelis Ulama Indonesia), KWI (Konferensi Wali Gereja Indonesia), PHDI (Parisada Hindu Dharma Indonesia) dan WALUBI (Perwalian Umat Buddha Indonesia).
·        Kelompok Sosial berdasarkan Stratifikasi Sosial
Dewasa ini kelompok-kelompok sosial berdasarkan stratifikasi sosial ditentukan bukan hanya oleh aspek ekonomi semata, melainkan juga aspek profesionalitas seseorang. Keinginan untuk maju menyebabkan pendidikan mendapat tempat yang penting dalam kehidupan masyarakat industri. Orang yang memiliki pendidikan tinggi akan menempati strata atas, sedangkan orang yang berpendidikan rendah akan ditempatkan pada strata bawah. Oleh karena itu, kelompok-kelompok sosial berdasarkan profesi, hobi, atau kegemaran bermunculan dalam masyarakat perkotaan di Indonesia.

Berkaitan dengan penjelasan kelompok sosial di atas, berikut ini bentuk-bentuk struktur sosial yang ada dalam masyarakat multikultural.
v  Struktur sosial yang terinterseksi (intersected social structure)
Kelompok-kelompok sosial yang ada dalam masyarakat dapat menjadi wadah beraktivitas dari orang-orang yang berasal dari berbagai latar belakang sukubangsa, agama, ras, dan aliran.  Dalam bentuk struktur sosial yang demikian keanggotaan para anggota masyarakat dalam kelompok sosial yang ada saling silang-menyilang sehingga terjadi loyalitas yang juga silang-menyilang (cross-cutting affiliation dan cross-cutting loyalities). Bentuk struktur yang terinterseksi mendorong terjadinya integrasi sosial dalam masyarakat multikultural.

v  Struktur sosial yang terkonsolidasi (consolidated social structure)
Dalam bentuk struktur yang  demikian, kelompok-kelompok sosial yang ada hanya mewadahi orang-orang yang berlatar belakang sukubangsa, agama, ras, atau aliran yang sama, sehingga terjadi tumpang tindih parameter dalam pemilahan struktur sosial. Orang Bali akan identik dengan orang Hindu, orang Melayu identik dengan orang Islam, partai tertentu identik dengan orang Islam, partai yang lain identik dengan orang Kristen, dan seterusnya. Bentuk struktur sosial yang semacam ini akan menghambat terjadinya integrasi sosial dalam masyarakat multikultural, karena akan terjadi pertajaman prasangka antar-kelompok. Struktur sosial terpilah dengan parameter yang tumpang tindih, pemilahan berdasarkan sukubangsa tumpang tindih dengan pemilahan berdasrkan agama, ras, aliran, atau kelas-kelas sosial dan ekonomi.  Ikatan dalam kelompok dalam akan sangat kuat, tetapi akan menimbulkan prasangka terhadap kelompok luarnya.








BAB III
KESIMPULAN

·          Kelompok sosial adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok sosial diciptakan oleh anggota masyarakat. Kelompok sosial juga dapat memengaruhi perilaku para anggotanya.
·          Berbagai macam kelompok atau asosiasi dalam masyarakat multikultural antara lain digolongkan berdasarkan etnis, agama, dan stratifikasi sosial.
·          Dampak yang ditimbulkan dari adanya kelompok sosial dalam masyarakat multikultural adalah dapat menimbulkan konflik antar anggota masing-masing kelompok. Karena dalam kehidupan masyarakat multikultural sering tidak dapat dihindari berkembangnya paham-paham atau cara hidup yang didasarkan pada etnosentrisme, primordialisme, aliran, sektarianisme, dan sebagainya. Paham-paham tersebutlah yang terkadang menjadi penghambat integrasi bangsa.









DAFTAR PUSTAKA

Multikulturalisme. http://id.wikipedia.org/wiki/Multikulturalisme diunduh pada tanggal 16 november 2010 pukul13.48
Horton, paul B. dan Chester L. Hunt. 1984. Sosiologi. Pentj Aminudin Ram dan Tita sobari. Jakarta: Erlangga.
Susanto, Agus. 2009. Kelompok Sosial Dalam Masyarakat Multikultural. Diunduh darihttp://agsasman3yk.wordpress.com/2009/12/13/kelompok-sosial-dalam-masyarakat-multikultural/  pada tanggal 16 november 2010 pukul 13.59.
Syam, Nur. 2008. Tantangan Multikulturalisme Indonesia. Yogyakarta: Kanisius
Horton, paul B. dan Chester L. Hunt. 1984. Sosiologi. Pentj Aminudin Ram dan Tita sobari. Jakarta: Erlangga
Susanto, Agus. 2009. Kelompok Sosial Dalam Masyarakat Multikultural. Diunduh dari http://agsasman3yk.wordpress.com/2009/12/13/kelompok-sosial-dalam-masyarakat-multikultural/  pada tanggal 16 november 2010 pukul 13.59.
Syam, Nur. 2008. Tantangan Multikulturalisme Indonesia. Yogyakarta: kanisius