Standar
Kompetensi : 1. Memahami
struktur sosial serta berbagai faktor penyebab konflik dan mobilitas sosial
Kompetensi
Dasar : 1.1
Mendeskripsikan bentuk-bentuk struktur sosial dalam fenomena kehidupan
Indikator : 1. Mendeskripsikan pengertian stuktur sosial, diferensiasi sosial, dan stratifikasi sosial
2.
Mengidentifikasi jenis diferensiasi dan stratifikasi sosial
3.
Mengidentifikasi konsolidasi dan
interseksi sosial dalam masyarakat
Tujuan : 1. Mendeskripsikan pengertian stuktur sosial, diferensiasi sosial, dan stratifikasi sosial
2.
Mengidentifikasi jenis diferensiasi dan stratifikasi sosial
3. Mengidentifikasi konsolidasi dan interseksi
sosial
Peta Konsep
DEFINISI
Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan
antara unsur sosial seperti kaidah-kaidah sosial, lembaga sosial, dan lapisan
sosial. Struktur sosial dapat diterjemahkan sebagai suatu tatanan sosial.
Stuktur sosial dapat dibagi dalam dua bentuk yaitu diferensiasi sosial dan
stratifikasi. Sementara itu struktur sosial menurut Peter M. Blau dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu konsolidasi dan interseksi sosial.
Struktur sosial merupakan tatanan sosial pada
masyarakat yang bertujuan untuk mengarahkan masyarakat dalam bertindak. Ketika
tidak ada tatanan yang baik maka akan terjadi kebingungan massal dalam
masyarakat.
Ada beberapa syarat terbentuknya masyarakat,
yaitu:
1.
Terdiri
dari 2 orang atau lebih
2.
Adanya
sistem yang berkaitan satu sama lain
Diferensiasi sosial adalah pembedaan
masyarakat yang berdasarkan ciri dan fungsinya. Diferensiasi merupakan proses
munculnya perbedaan antara hal-hal yang semula sama. Diferensiasi sosial
mencakup ras, jenis kelamin, etnis, agama , dan gender. Jadi dapat dikatakan
bahwa diferensiasi sosial merupakan pembedaan masyarakat berdasarkan kriteria
tertentu yang bersifat horisontal atau sederajat.
Stratifikasi sosial merupakan pembedaan
masyarakat ke dalam kelas yang tersusun secara bertingkat. Stratifikasi sosial
juga sering disebut sebagai pelapisan sosial. Pelapisan sosial terjadi karena
ada sesuatu yang dihargai lebih atas penilaian kelompok, seperti kekayaan,
kekuasaan, keturunan (kehormatan) dan ilmu pengetahuan (pendidikan).
Stratifikasi sosial juga dapat dianggap sebagai pembedaan sosial yang bersifat
vertikal karena adanya pelapisan ke dalam kelas-kelas tertentu yang dianggap
lebih tinggi.
Jenis-jenis
diferensiasi dan stratifikasi sosial
Jenis Diferensiasi Sosial
Diferensiasi berdasarkan Ras
Diferensiasi yang dilakukan berdasarkan ciri fisik bawaan yang sama dan
mempunyai asal usul geografis dalam wilayah tertentu. Setiap manusia yang
berasal dari wilayah geografis tertentu memiliki ciri fisik yang identik dengan
anggota kelompok yang memiliki kesamaan asal usul dan membedakan dengan anggota
kelompok lainnya.
Grosse dalam Daljuni (Saptono dan Bambang S.S., 2007: 7) berpendapat
bahwa ras adalah segolongan manusia yang merupakan satu kesatuan karena
memiliki kesamaan sifat jasmani dan rohani yang diturunkan sehingga dibedakan
dari kesatuan manusia yang lain. Dan dalam masyarakat terdapat tiga jenis ras
baku, yaitu kaukasoid (putih), mongoloid (kuning dan coklat), dan negroid
(hitam)
Diferensiasi atau pembedaan berdasarkan jenis kelamin seperti laki-laki
dan perempuan. Perbedaan berdasarkan jenis kelamin akan semakin nyata ketika
memasuki usia puber. Moore dan Sinclair dalam Sunarto (Saptono dan Bambang
S.S., 2007: 9) mendefinisikan jenis kelamin sebagai perbedaan biologis atau
anatomi antara laki-laki dan perempuan sebagai hasil perbedaan kromosom pada
janin. Laki-laki memiliki otot 10% lebih banyak dibanding perempuan , sehingga
lebih siap untuk mengerjakan tugas yang memerlukan banyak tenaga
Calhoun dalam Saptono dan Bambang S.S (2007:9) juga menunjukkan bahwa
perempuan memiliki otak yang lebih kecil daripada laki-laki, namun memiliki
neuron/ syaraf yang lebih banyak dalam otak dan jembatan yang lebih besat
antara otak kanan dan kiri. Hal inilah yang mampu menjelaskan mengapa
ketrampilan bahasa dan intuisi perempuan lebih baik dari laki-laki
Diferensiasi berdasarkan Etnis
Diferensiasi berdasarkan perbedaan etnis yang memiliki persamaan
kebudayaan antar anggota dalam kelompok masyarakat tertentu. Menurut Narral
(Saptono dan Bambang S.S., 2007: 11)
kelompok etnis merupakan sejumlah orang yang memiliki cirri seperti a)
mampu berkembang biak dan bertahan; b) mempunyai nilai budaya; c) membentuk
jaringan komunikasi dan interaksi sendiri; dan d) menentukan cirri kelompoknya
yang diterima oleh dan dapat dibedakan dari kelompok lain.
Banyak yang menganggap bahwa etnis sama dengan ras. Hal tersebut
merupakan pandangan yang salah. Ras dan etnis merupakan dua hal yang berbeda
satu sama lain. Ras lebih didasarkan pada persamaan ciri fisik yang dimiliki
oleh seorang individu, sementara etnis lebih didasarkan pada adanya persamaan
kebudayaan dalam kelompok masyarakat tersebut. Etnis dapat berupa kelompok atau
bagian ras yang secara sosial berbeda dari kelompok lain dan telah
mengembangkan subbudaya sendiri.
Diferensiasi berdasarkan Agama
Seperti yang kita ketahui bahwa di
dalam masyarakat sering kita temui agama yang berbeda satu sama lain.
Banyak agama yang diajarkan dalam masyarakat seperti Islam, Katolik, Kristen,
Hindu dan Budha. Masing-masing agama memiliki paham dan aliran yang berbeda
satu sama lain, namun mempunyai tujuan yang sama yaitu mengarahkan umatnya
kepada kebaikan.
Definisi agama itu sendiri adalah segala perwujudan dan bentuk
hubungan-hubungan manusia dengan Yang Suci. Agama juga dapat dikatakan sebagai respon manusia terhadap kenyataan yang
dianggap illahi yang diwujudkan dalam pembentukkan perserikatan orang percaya,
upacara-upacara, perumusan isis kepercayaan, pengembangan cara hidup pribadi,
dan kegiatan sosial yang dianggap layak di hadapan yang Illahi itu.
Diferensiasi berdasarkan Gender
Gender merupakan perbedaan psikologis, sosial dan budaya antara laki-laki
dan perempuan. Perbedaan gender dapat dilihat melalui pembagian kerja antara
laki-laki dan perempuan. Sejak dahulu
laki-laki lebih banyak memiliki kesempatan dalam berbagai aspek, seperti
pekerjaan.
Gender berbeda dengan jenis kelamin. Jenis kelamin lebih menunjuk pada
perbedaan biologis, terutama alat reproduksi manusia, maka gender lebih
menunjuk pada perbedaan yang bersifat non-biologis. Jika jenis kelamin adalah
hasil perbedaan kelahiran dan biologis maka gender merupakan hasil sosialisasi
Stratifikasi Sosial
Menurut Soerjono Soekanto (2006), di dalam setiap
masyarakat di mana pun selalu dan pasti
mempunyai sesuatu yang dihargai. Sesuatu yang dihargai di masyarakat bisa berupa :
Ukuran
kekayaan (materi atau
kebendaan)
Dapat dijadikan ukuran penempatan anggota
masyarakat kedalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki
kekayaan paling banyak maka akan termasuk lapisan teratas dalam sistem
pelapisan sosial masyarakat, demikian pula sebaliknya yang tidak mempunyai
kekayaan akan digolongkan kedalam lapisan yang rendah.
Ukuran
ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai oleh
masyarakat yang menghargai ilmu. Akan tetapi, ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat yang
negatif karena ternyata bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran,
tetapi gelar kesarjanaannya. Sudah tentu hal yang demikian memacu segala macam
usaha untuk mendapat gelar, walaupun tidak halal.
Ukuran
kekuasaan
Barang siapa yang yang memiliki kekuasaan yang
besar dibandingkan dengan orang lain maka dia akan menempati lapisan teratas.
Ukuran
kehormatan
Ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari
ukuran-ukuran kekayaan dan atau kekuasaan. Orang yang paling disegani dan
dihormati, mendapat tempat yang teratas. Ukuran semacam ini, banyak dijumpai
pada masyarakat tradisional. Biasanya meraka adalah golongan tua atau mereka
yang pernah berjasa.
Selanjutnya disebutkan bahwa dasar dan inti dari lapisan-lapisan dalam
masyarakat adalah adanya ketidakseimbangan dalam pembagian hak dan kewajiban,
kewajiban dan tanggung jawab nilai-nilai sosial dan pengaruhnya di antara
anggota-anggota masyarakat. Bentuk
konkret lapisan-lapisan dalam masyarakat tersebut bermacam-macam. Namun pada
prinsipnya bentuk-bentuk tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam tiga macam
kelas, yaitu:
a. Kelas yang
didasarkan pada faktor
ekonomis,
b. Kelas yang
didasarkan pada faktor
politis,
c. Kelas yang
didasarkan pada jabatan-jabatan tertentu dalam masyarakat.
Secara rinci, ada tiga aspek yang merupakan
karakteristik stratifikasi sosial, yaitu:
1. Perbedaan dalam kemampuan atau kesanggupan. Anggota masyarakat yang menduduki
strata tinggi, tentu memiliki kesanggupan dan kemampuan yang lebih besar
dibandingkan anggota masyarakat yang di bawahnya.
2. Perbedaan dalam gaya hidup (life style).
3. Perbedaan dalam hal hak dan akses dalam memanfaatkan
sumber daya. Seseorang yang menduduki jabatan
tinggi biasanya akan semakin banyak tidak menduduki jabatan strategis apa pun
tentu hak dan fasilitas yang mampu dinikmati akan semakin kecil.
Unsur – Unsur Stratifikasi Sosial
Dalam teori sosiologi, unsur-unsur sistem pelapisan sosial dalam
masyarakat adalah:
a. Kedudukan (status)
Kedudukan
(status) sering kali dibedakan dengan kedudukan sosial (social status).
Kedudukan adalah sebagai tempat atau
posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Sedangkan kedudukan sosial adalah
tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang lain,
dalam arti lingkungan pergaulannya, prestigenya,
hak-hak dan kewajiban-kewajibannya. Dengan
demikian kedudukan sosial tidaklah semata-mata merupakan kumpulan
kedudukan-kedudukan seseorang dalam kelompok yang berbeda, tapi kedudukan
sosial tersebut mempengaruhi kedudukan orang tadi dalam kelompok sosial yang berbeda. Namun untuk mendapatkan
pengertian yang mudah kedua istilah tersebut akan digunakan dalam pengertian
yang sama, yaitu kedudukan (status).
Untuk
mengukur status seseorang menurut Pitirim Sorokin secara rinci dapat dilihat
dari:
a)
Jabatan suatu pekerjaan;
b)
Pendidikan dan luasnya ilmu pengetahuan;
c)
Kekayaan;
d)
Politis;
e)
Keturunan: dan
f)
Agama.
Dalam masyarakat sering kali status atau kedudukan
dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a)
Ascribed-status.
Status ini diartikan sebagai kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa
memperhatikan perbedaan seseorang. Kedudukan tersebut diperoleh karena
kelahiran.
b) Achieved-status
Yaitu kedudukan yang dicapai oleh seorang dengan usaha-usaha yang sengaja
dilakukan, bukan diperoleh karena kelahiran. Kedudukan ini bersifat terbuka
bagi siapa saja tergantung dari kemampuan dari masing-masing orang dalam
mengejar dan mencapai tujuan-tujuannya.
b. Peran (Role)
Peran
(role) merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Artinya, seseorang
telah menjalankan hak – hak dan
kewajiban-kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka orang tersebut telah
melaksanakan sesuatu peran. Keduanya tak dapat dipisahkan karena satu dengan
yang lain saling tergantung, artinya tidak ada peran tanpa status dan tidak ada
status tanpa peran. Sebagaimana
kedudukan,maka setiap orang pun dapat mempunyai macam-macam peran yang berasal
dari pola pergaulan hidupnya. Hal tersebut berarti pula bahwa peran tersebut
menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan
apa yang diberikan masyarakat kepadanya.Suatu peran paling sedikit mencakup 3 hal,
yaitu:
1)
Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat;
2)
Peran adalah suatu konsep ikhwal apa yang dapat dilakukan oleh individu
dalam masyarakat; dan
3)
Peran
dapat dikatakan sebagai perilaku
individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.
Sifat sistem lapisan sosial
Sifat sistem lapisan sosial didalam suatu
masyarakat dapat bersifat tertutup dan terbuka. Sistem lapisan yang bersifat
tertutup membatasi kemungkinan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan
yang lain, baik yang merupakan gerak ke atas ataupun ke bawah. Didalam sistem
yang demikian, satu-satunya jalan untuk menjadi anggota suatu lapisan dalam
masyarakat adalah kelahiran. Sebaliknya, dalam sistem terbuka, setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk
berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik lapisan atau bagi mereka yang
tidak beruntung jatuh dari lapisan yang atas ke lapisan dibawahnya. Pada
umumnya sistem terbuka ini memberi perangsang yang lebih besar kepada setiap
anggota masyarakat untuk dijadikan landasan pembangunan masyarakat daripada
sistem yang tertutup.
Konsolidasi
dan Interseksi sosial
Konsolidasi
dan interseksi sosial merupakan parameter untuk melihat diferensiasi dan
stratifikasi sosial dalam masyarakat. Konsolidasi merupakan kondisi tumpang
tindih antara sifat-sifat kelompok sosial yang satu dengan yang lain.
Konsolidasi terbentuk karena faktor keturunan. Sementara interseksi merupakan
kondisi persilangan antara kelompok sosial tertentu dengan kelompok yang lain.
Dalam hal ini, seseorang yang menjadi anggota sebuah kelompok sosial juga
menjadi anggota dari kelompok sosial lainnya.
Dalam hal ini
ada dua macam bentuk konsolidasi, yaitu:
a.
Konsolidasi
atau tumpang tindih antara ras dengan suku bangsa. Contoh anggota ras Melayu
Mongoloid bertumpang tindih dengan etnis Jawa dan Sunda dan ras Melanesian
Negroid yang bertumpang tindih dengan berbagai etnis di Papua.
b.
Konsolidasi
antar etnis (suku bangsa) dengan klan. Dalam sebuah etnis, biasanya terdiri
atas sejumlah klan (kelompok kekerabatan), Misalnya etnis Y terdiri atas klan A, B, C, D, E, F. Maka
anggota klan A sekaligus adalah anggota etnis Y.
Sementara
contoh dari interseksi dapat kita lihat pada masyarakat di kota Jojakarta yang
masyarakatnya datang dari berbagai kelompok sosial. Dalam hal ini, dilihat dari
sisi ras, mereka terdiri atas ras A, B, C, D, E; dilihat dari sisi agama mereka
memiliki agama yang beragam seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha;
dilihat dari latar belakang sosial ekonomi, mereka terdiri atas kelompok
miskin, menengah dan kaya. Warga Kota tersebut ada yang memiliki ras A, agama
Islam, dan kaya. Ada juga yang memiliki ras D, agama Islam, dan kaya.
Konsolidasi
bisa memperkuat terjadinya kecenderungan konflik dalam hubungan antarkelompok
dalam masyarakat. Kecenderungan tersebut akan semakin besar ketika perbedaan
sosial yang didasarkan parameter ras atau etnis jauh berhimpitan dengan
parameter lain, seperti agama, kasta, dan kelas sosial. Sebaliknya, terjadinya
interseksi dalam masyarakat berpotensi mencegah dan menetralisir terjadinya
konflik antaranggotamasyarakat. Hal ini disebabkan interseksi memunculkan
gejala dimana seseorang menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial yang
berdampak pada tumbuhnya loyalitas ganda.
Sumber:
Saptono dan Bambang
Suteng. 2007. Sosiologi Untuk SMA Kelas
XI. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama
Soerjono Soekanto. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada
Soleman b. Taneko. 1984.
Struktur dan Proses Sosial. Jakarta: CV. Rajawali