Kamis, 18 Oktober 2012

struktur sosial


Standar Kompetensi               : 1. Memahami struktur sosial serta berbagai faktor penyebab konflik dan mobilitas sosial
Kompetensi Dasar                  : 1.1 Mendeskripsikan bentuk-bentuk struktur sosial dalam fenomena kehidupan

Indikator                                : 1. Mendeskripsikan pengertian stuktur sosial, diferensiasi  sosial, dan stratifikasi sosial
                                                    2. Mengidentifikasi jenis diferensiasi dan stratifikasi sosial
                                                  3. Mengidentifikasi konsolidasi dan interseksi sosial dalam masyarakat 
Tujuan                                    : 1. Mendeskripsikan pengertian stuktur sosial, diferensiasi  sosial, dan stratifikasi sosial
                                                    2. Mengidentifikasi jenis diferensiasi dan stratifikasi sosial
  3. Mengidentifikasi konsolidasi dan interseksi sosial

Peta Konsep 




 
DEFINISI
 Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur sosial seperti kaidah-kaidah sosial, lembaga sosial, dan lapisan sosial. Struktur sosial dapat diterjemahkan sebagai suatu tatanan sosial. Stuktur sosial dapat dibagi dalam dua bentuk yaitu diferensiasi sosial dan stratifikasi. Sementara itu struktur sosial menurut Peter M. Blau dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konsolidasi dan interseksi sosial.
Struktur sosial merupakan tatanan sosial pada masyarakat yang bertujuan untuk mengarahkan masyarakat dalam bertindak. Ketika tidak ada tatanan yang baik maka akan terjadi kebingungan massal dalam masyarakat.
Ada beberapa syarat terbentuknya masyarakat, yaitu:
1.      Terdiri dari 2 orang atau lebih
2.      Adanya sistem yang berkaitan satu sama lain
Diferensiasi sosial adalah pembedaan masyarakat yang berdasarkan ciri dan fungsinya. Diferensiasi merupakan proses munculnya perbedaan antara hal-hal yang semula sama. Diferensiasi sosial mencakup ras, jenis kelamin, etnis, agama , dan gender. Jadi dapat dikatakan bahwa diferensiasi sosial merupakan pembedaan masyarakat berdasarkan kriteria tertentu yang bersifat horisontal atau sederajat.
Stratifikasi sosial merupakan pembedaan masyarakat ke dalam kelas yang tersusun secara bertingkat. Stratifikasi sosial juga sering disebut sebagai pelapisan sosial. Pelapisan sosial terjadi karena ada sesuatu yang dihargai lebih atas penilaian kelompok, seperti kekayaan, kekuasaan, keturunan (kehormatan) dan ilmu pengetahuan (pendidikan). Stratifikasi sosial juga dapat dianggap sebagai pembedaan sosial yang bersifat vertikal karena adanya pelapisan ke dalam kelas-kelas tertentu yang dianggap lebih tinggi.
Jenis-jenis diferensiasi dan stratifikasi sosial
Jenis Diferensiasi Sosial
Diferensiasi berdasarkan Ras
Diferensiasi yang dilakukan berdasarkan ciri fisik bawaan yang sama dan mempunyai asal usul geografis dalam wilayah tertentu. Setiap manusia yang berasal dari wilayah geografis tertentu memiliki ciri fisik yang identik dengan anggota kelompok yang memiliki kesamaan asal usul dan membedakan dengan anggota kelompok lainnya.
Grosse dalam Daljuni (Saptono dan Bambang S.S., 2007: 7) berpendapat bahwa ras adalah segolongan manusia yang merupakan satu kesatuan karena memiliki kesamaan sifat jasmani dan rohani yang diturunkan sehingga dibedakan dari kesatuan manusia yang lain. Dan dalam masyarakat terdapat tiga jenis ras baku, yaitu kaukasoid (putih), mongoloid (kuning dan coklat), dan negroid (hitam)
Diferensiasi berdasarkan Jenis Kelamin
 Diferensiasi atau pembedaan berdasarkan jenis kelamin seperti laki-laki dan perempuan. Perbedaan berdasarkan jenis kelamin akan semakin nyata ketika memasuki usia puber. Moore dan Sinclair dalam Sunarto (Saptono dan Bambang S.S., 2007: 9) mendefinisikan jenis kelamin sebagai perbedaan biologis atau anatomi antara laki-laki dan perempuan sebagai hasil perbedaan kromosom pada janin. Laki-laki memiliki otot 10% lebih banyak dibanding perempuan , sehingga lebih siap untuk mengerjakan tugas yang memerlukan banyak tenaga
Calhoun dalam Saptono dan Bambang S.S (2007:9) juga menunjukkan bahwa perempuan memiliki otak yang lebih kecil daripada laki-laki, namun memiliki neuron/ syaraf yang lebih banyak dalam otak dan jembatan yang lebih besat antara otak kanan dan kiri. Hal inilah yang mampu menjelaskan mengapa ketrampilan bahasa dan intuisi perempuan lebih baik dari laki-laki

Diferensiasi berdasarkan Etnis
Diferensiasi berdasarkan perbedaan etnis yang memiliki persamaan kebudayaan antar anggota dalam kelompok masyarakat tertentu. Menurut Narral (Saptono dan Bambang S.S., 2007: 11)  kelompok etnis merupakan sejumlah orang yang memiliki cirri seperti a) mampu berkembang biak dan bertahan; b) mempunyai nilai budaya; c) membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri; dan d) menentukan cirri kelompoknya yang diterima oleh dan dapat dibedakan dari kelompok lain.
Banyak yang menganggap bahwa etnis sama dengan ras. Hal tersebut merupakan pandangan yang salah. Ras dan etnis merupakan dua hal yang berbeda satu sama lain. Ras lebih didasarkan pada persamaan ciri fisik yang dimiliki oleh seorang individu, sementara etnis lebih didasarkan pada adanya persamaan kebudayaan dalam kelompok masyarakat tersebut. Etnis dapat berupa kelompok atau bagian ras yang secara sosial berbeda dari kelompok lain dan telah mengembangkan subbudaya sendiri.
Diferensiasi berdasarkan Agama
Seperti yang kita ketahui bahwa di  dalam masyarakat sering kita temui agama yang berbeda satu sama lain. Banyak agama yang diajarkan dalam masyarakat seperti Islam, Katolik, Kristen, Hindu dan Budha. Masing-masing agama memiliki paham dan aliran yang berbeda satu sama lain, namun mempunyai tujuan yang sama yaitu mengarahkan umatnya kepada kebaikan.
Definisi agama itu sendiri adalah segala perwujudan dan bentuk hubungan-hubungan manusia dengan Yang Suci. Agama juga dapat dikatakan sebagai respon manusia terhadap kenyataan yang dianggap illahi yang diwujudkan dalam pembentukkan perserikatan orang percaya, upacara-upacara, perumusan isis kepercayaan, pengembangan cara hidup pribadi, dan kegiatan sosial yang dianggap layak di hadapan yang Illahi itu.

Diferensiasi berdasarkan Gender
Gender merupakan perbedaan psikologis, sosial dan budaya antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan gender dapat dilihat melalui pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan.  Sejak dahulu laki-laki lebih banyak memiliki kesempatan dalam berbagai aspek, seperti pekerjaan.
Gender berbeda dengan jenis kelamin. Jenis kelamin lebih menunjuk pada perbedaan biologis, terutama alat reproduksi manusia, maka gender lebih menunjuk pada perbedaan yang bersifat non-biologis. Jika jenis kelamin adalah hasil perbedaan kelahiran dan biologis maka gender merupakan hasil sosialisasi

Stratifikasi Sosial 
Menurut Soerjono Soekanto (2006), di dalam setiap masyarakat di mana pun  selalu dan pasti mempunyai sesuatu yang dihargai. Sesuatu yang dihargai di  masyarakat bisa berupa :
Ukuran kekayaan (materi atau kebendaan)
Dapat dijadikan ukuran penempatan anggota masyarakat kedalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak maka akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial masyarakat, demikian pula sebaliknya yang tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan kedalam lapisan yang rendah.
Ukuran ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu. Akan tetapi, ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat yang negatif karena ternyata bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, tetapi gelar kesarjanaannya. Sudah tentu hal yang demikian memacu segala macam usaha untuk mendapat gelar, walaupun tidak halal.
Ukuran kekuasaan
Barang siapa yang yang memiliki kekuasaan yang besar dibandingkan dengan orang lain maka dia akan menempati lapisan teratas.
 Ukuran kehormatan
Ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan dan atau kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas. Ukuran semacam ini, banyak dijumpai pada masyarakat tradisional. Biasanya meraka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa.
Selanjutnya disebutkan bahwa  dasar dan inti dari lapisan-lapisan dalam masyarakat adalah adanya ketidakseimbangan dalam pembagian hak dan kewajiban, kewajiban dan tanggung jawab nilai-nilai sosial dan pengaruhnya di antara anggota-anggota  masyarakat. Bentuk konkret lapisan-lapisan dalam masyarakat tersebut bermacam-macam. Namun pada prinsipnya bentuk-bentuk tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam tiga macam kelas, yaitu:
a.  Kelas yang didasarkan pada faktor ekonomis,
b.  Kelas yang didasarkan pada faktor politis,
c.  Kelas yang didasarkan pada jabatan-jabatan tertentu dalam masyarakat. 
            Secara rinci, ada tiga aspek yang merupakan karakteristik stratifikasi sosial, yaitu:
1. Perbedaan dalam kemampuan atau  kesanggupan. Anggota masyarakat yang  menduduki strata tinggi, tentu memiliki kesanggupan dan kemampuan yang lebih besar dibandingkan anggota masyarakat yang di bawahnya.
2. Perbedaan dalam gaya hidup (life style). 
3. Perbedaan dalam hal hak dan akses dalam memanfaatkan sumber daya.  Seseorang yang menduduki jabatan tinggi biasanya akan semakin banyak tidak menduduki jabatan strategis apa pun tentu hak dan fasilitas yang mampu dinikmati akan semakin kecil.  
Unsur – Unsur Stratifikasi Sosial
Dalam teori sosiologi, unsur-unsur sistem pelapisan sosial dalam masyarakat adalah:
a. Kedudukan (status)
  Kedudukan (status) sering kali dibedakan dengan kedudukan sosial (social status). Kedudukan adalah sebagai tempat  atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosialSedangkan kedudukan sosial adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestigenya, hak-hak dan kewajiban-kewajibannya. Dengan demikian kedudukan sosial tidaklah semata-mata merupakan kumpulan kedudukan-kedudukan seseorang dalam kelompok yang berbeda, tapi kedudukan sosial tersebut mempengaruhi kedudukan orang tadi dalam kelompok sosial  yang berbeda. Namun untuk mendapatkan pengertian yang mudah kedua istilah tersebut akan digunakan dalam pengertian yang sama, yaitu kedudukan (status).
   Untuk mengukur status seseorang menurut Pitirim Sorokin secara rinci dapat dilihat dari:
a)      Jabatan suatu pekerjaan;
b)      Pendidikan dan luasnya ilmu pengetahuan;
c)      Kekayaan;
d)     Politis;
e)      Keturunan: dan 
f)       Agama.
Dalam masyarakat sering kali status atau kedudukan dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a)         Ascribed-status.
Status ini diartikan sebagai kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan seseorang. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran.
b)      Achieved-status
Yaitu kedudukan yang dicapai oleh seorang dengan usaha-usaha yang sengaja dilakukan, bukan diperoleh karena kelahiran. Kedudukan ini bersifat terbuka bagi siapa saja tergantung dari kemampuan dari masing-masing orang dalam mengejar dan mencapai tujuan-tujuannya.
b. Peran (Role)
  Peran (role) merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Artinya, seseorang telah menjalankan  hak – hak dan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka orang tersebut telah melaksanakan sesuatu peran. Keduanya tak dapat dipisahkan karena satu dengan yang lain saling tergantung, artinya tidak ada peran tanpa status dan tidak ada status  tanpa peran. Sebagaimana kedudukan,maka setiap orang pun dapat mempunyai macam-macam peran yang berasal dari pola pergaulan hidupnya. Hal tersebut berarti pula bahwa peran tersebut menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan masyarakat kepadanya.Suatu peran paling sedikit mencakup 3 hal, yaitu:
1)   Peran meliputi norma-norma yang  dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat;
2)      Peran adalah suatu konsep  ikhwal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat; dan
3)      Peran dapat dikatakan sebagai perilaku  individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.
Sifat sistem lapisan sosial
            Sifat sistem lapisan sosial didalam suatu masyarakat dapat bersifat tertutup dan terbuka. Sistem lapisan yang bersifat tertutup membatasi kemungkinan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan yang lain, baik yang merupakan gerak ke atas ataupun ke bawah. Didalam sistem yang demikian, satu-satunya jalan untuk menjadi anggota suatu lapisan dalam masyarakat adalah kelahiran. Sebaliknya, dalam sistem terbuka, setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik lapisan atau bagi mereka yang tidak beruntung jatuh dari lapisan yang atas ke lapisan dibawahnya. Pada umumnya sistem terbuka ini memberi perangsang yang lebih besar kepada setiap anggota masyarakat untuk dijadikan landasan pembangunan masyarakat daripada sistem yang tertutup.
Konsolidasi dan Interseksi sosial
Konsolidasi dan interseksi sosial merupakan parameter untuk melihat diferensiasi dan stratifikasi sosial dalam masyarakat. Konsolidasi merupakan kondisi tumpang tindih antara sifat-sifat kelompok sosial yang satu dengan yang lain. Konsolidasi terbentuk karena faktor keturunan. Sementara interseksi merupakan kondisi persilangan antara kelompok sosial tertentu dengan kelompok yang lain. Dalam hal ini, seseorang yang menjadi anggota sebuah kelompok sosial juga menjadi anggota dari kelompok sosial lainnya.
Dalam hal ini ada dua macam bentuk konsolidasi, yaitu:
a.       Konsolidasi atau tumpang tindih antara ras dengan suku bangsa. Contoh anggota ras Melayu Mongoloid bertumpang tindih dengan etnis Jawa dan Sunda dan ras Melanesian Negroid yang bertumpang tindih dengan berbagai etnis di Papua.
b.      Konsolidasi antar etnis (suku bangsa) dengan klan. Dalam sebuah etnis, biasanya terdiri atas sejumlah klan (kelompok kekerabatan), Misalnya etnis Y  terdiri atas klan A, B, C, D, E, F. Maka anggota klan A sekaligus adalah anggota etnis Y.
Sementara contoh dari interseksi dapat kita lihat pada masyarakat di kota Jojakarta yang masyarakatnya datang dari berbagai kelompok sosial. Dalam hal ini, dilihat dari sisi ras, mereka terdiri atas ras A, B, C, D, E; dilihat dari sisi agama mereka memiliki agama yang beragam seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha; dilihat dari latar belakang sosial ekonomi, mereka terdiri atas kelompok miskin, menengah dan kaya. Warga Kota tersebut ada yang memiliki ras A, agama Islam, dan kaya. Ada juga yang memiliki ras D, agama Islam, dan kaya.
Konsolidasi bisa memperkuat terjadinya kecenderungan konflik dalam hubungan antarkelompok dalam masyarakat. Kecenderungan tersebut akan semakin besar ketika perbedaan sosial yang didasarkan parameter ras atau etnis jauh berhimpitan dengan parameter lain, seperti agama, kasta, dan kelas sosial. Sebaliknya, terjadinya interseksi dalam masyarakat berpotensi mencegah dan menetralisir terjadinya konflik antaranggotamasyarakat. Hal ini disebabkan interseksi memunculkan gejala dimana seseorang menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial yang berdampak pada tumbuhnya loyalitas ganda.
Sumber:
Saptono dan Bambang Suteng. 2007.  Sosiologi Untuk SMA Kelas XI.  Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama
Soerjono Soekanto.  2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Soleman b. Taneko. 1984. Struktur dan Proses Sosial. Jakarta: CV. Rajawali