KONFLIK SOSIAL
Standar Kompetensi :
1. Memahami struktur sosial serta berbagai faktor penyebab konflik dan
mobilitas sosial
Kompetensi Dasar : 1.2
Menganalisis faktor penyebab konflik
sosial dalam masyarakat
Indikator :
1. Mendeskripsikan pengertian konflik
secara terminologi, penjelasan konflik
secara teoritik, serta jenis-jenis konflik
2. Mengidentifikasi faktor penyebab
terjadinya konflik
3. Mengidentifikasi fungsi konflik
4. Menganalisis dampak dari terjadinya konflik, serta cara mengatasi dan
mencegah terjadinya konflik
Tujuan :
1. Mendeskripsikan pengertian konflik
secara terminologi, penjelasan konflik
secara teoritik, serta jenis-jenis konflik
2. Mengidentifikasi faktor penyebab
terjadinya konflik
3. Mengidentifikasi fungsi konflik
4. Menganalisis dampak dari
terjadinya konflik, serta cara mengatasi dan mencegah terjadinya konflik
PETA KONSEP
PETA KONSEP
Pengertian
konflik secara terminologi, penjelasan
konflik secara teoritik, serta jenis-jenis konflik
a.
Pengertian
Konflik secara Terminologi
Konflik menurut KBBI yaitu
percekcokan, perselisihan, pertentangan. Menurut asal katanya, konflik berasal
dari bahasa latin confligo yang
berarti bertabrakan, bertubrukan, terbentur, bentrokan, bertanding, berjuang,
berselisih, atau berperang.
Konflik sosial biasa dipahami
sebagai proses sosial yang disasosiatif atau saling bertentangan pihak. Dimana
masing-masing pihak berusaha saling menguasai atau berebut pengaruh. Cara yang
dilakukan bisa dengan kekerasan maupun non-kekerasan.
b.
Konflik
secara Teoritik
Konflik dapat dikaji melalui
dua pendekatan, yaitu pendekatan konsensus (teori struktural-fungsional) dan
pendekatan konflik (teori konflik).
Pendekatan konsensus atau
teori struktural-fungsional berakar pada pandangan mengenai masyarakat yang
dikemukakan oleh Auguste Comte, Emile Durkheim, Herbert Spencer, dan Talcott
Parsons. Menurut pendekatan konsensus, masyarakat pada dasarnya merupakan bagian
yang saling terkait satu sama lain, setiap bagian memiliki pengaruh pada
pemeliharaan sistem secara keseluruhan. Masyarakat pada dasarnya akan bergerak
ke arah interaksi yang mempersatukan.
Meskipun integrasi merupakan bentuk dasar masyarakat, tetapi tidak berarti
dalam masyarakat tidak ada ketegangan-ketegangan. Ketegangan dan konflik akan
terus terjadi dalam kehidupan masyarakat. Namun demikian, ketegangan dan
konflik tersebut akan akan hilang dan masyarakat akan menuju ke arah keseimbangan.
Keseimbangan tersebut dapat terwujud karena setiap sistem sosial memiliki
mekanisme yang mengarahkan keinginan warga menuju terpeliharanya sistem sosial.
Mekanisme sosial tersebut adalah sosialisasi dan kontrol sosial.
Sementara menurut pendekatan
konflik yang berakar pada pandangan Karl
Marx mengenai masyarakat. Masyarakat secara fundamental terbagi atas
kelas-kelas. Mereka selalu bertentangan untuk memperjuangkan kepentingan kelas
masing-masing. Konflik selalu terkait dengan kekuasaan. Pada hakikatnya konflik
adalah konfrontasi kekuasaan, sedangkan konflik sosial adalah konfrontasi
antara kekuatan-kekuatan yang ada dalam masyarakat. Dalam masyarakat ada
ketidakmerataan pembagian kekuasaan. Padahal setiap individu yang ada dalam
masyarakat pasti memiliki kepentingan yang berbeda yang ingin untuk dipenuhi.
c.
Jenis
konflik
Ada dua jenis konflik, yaitu
konflik realistik dan nonrealistik.
Konflik realistik merupakan pertentangan yang bersumber pada rasa
frustasi mengenai hal-hal spesifik dalam sebuah hubungan, juga dari dugaan
mengenai keuntungan yang diperoleh pihak lain. Pertentangan diarahkan secara
langsung pada objek rasa frustasi tersebut. Jadi dapat dikatakan bahwa konflik
merupakan alat untuk mencapai hal-hal spesifik tersebut.
Sementara konflik
nonrealistik yaitu pertentangan yang timbul bukan karena adanya persaingan
untuk mencapai tujuan spesifik tertentu, melainkan lebih disebabkan oleh
keinginan untuk melepaskan ketegangan terhadap kelompok lain. Disini, konflik
dapat diartikan sebagai tujuan.
Faktor penyebab terjadinya konflik
Menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker
(Saptono dan Bambang S.S., 2007: 54) ada 4 faktor utama yang menjadi penyebab
terjadinya konflik, yaitu: Perbedaan individual; Perbedaan kebudayaan; Perbedaan
kepentingan; dan Perubahan sosial. Namun faktor-faktor tersebut bukanlah akar
dari konflik, melainkan lebih merupakan pemicu terjadinya konflik. Menurut
perspektif konsensus, penyebab utama terjadinya konflik adalah disfungsi
sosial. Disfungsi sosial merupakan suatu keadaan dimana norma sosial sudah
tidak lagi ditaati dan pranata sosialisasi serta pengendalian sosial tidak
berfungsi dengan baik. Sementara menurut perspektif teori konflik, penyebab
utama terjadinya konflik sosial adalah perbedaan atau ketimpangan hubungan-hubungan
kekuasaan dalam masyarakat yang memunculkan diferensiasi kepentingan. Secara
rinci faktor penyebab konflik menurut teori konflik adalah sebagai berikut:
a. Ketidakmerataan distribusi sumber-sumber daya
yang terbatas dalam masyarakat
b. Ditariknya kembali legitimasi penguasa
politik oleh masyarakat kelas bawah
c. Adanya pandangan bahwa konflik merupakan cara
untuk mewujudkan kepentingan
d. Sedikitnya saluran untuk menampung
keluhan-keluhan masyarakat kelas bawah serta lambatnya mobilitas sosial ke atas
e. Melemahnya kekuasaan negara yang disertai
dengan mobilisasi masayarakat bawah dan atau elit
f. Kelompok masyarakat kelas bawah menerima
ideology radikal
Namun, faktor
penyebab konflik tidak pernah bersifat sederhana dan tunggal, melainkan
bersifat kompleks dan saling terkait satu sama lain.
Fungsi
konflik
Lewis A. Coser menyebutkan bahwa konflik
memiliki fungsi positif seperti:
a. Mampu meningkatkan solidaritas kelompok
b. Melahirkan kohesi dengan kelompok lainnya
dalam bentuk aliansi
c. Menggugah warga yang semula pasif untuk
memainkan peran tertentu secara lebih aktif.
d. Fungsi komunikasi
Sementara fungsi dari konflik lainnya
disampaikan oleh Himes dalam Schaefer dan Lamm (Saptono dan Bambang S.S. 2007:
57), yaitu:
a. Secara struktural, konflik dapat mengubah
keseimbangan kekuasaan antara kelompok dominan dan minoritas. Meningkatnya
kekuasaan kelompok minoritas mendorong kelompok dominan untuk mendiskusikan
berbagai hal berkenaan dengan kepentingan bersama.
b. Dari sisi komunikasi, konflik meningkatkan
perhatian masyarakat terhadap hal yang dipersengketakan dalam konflik,
meningkatkan kesediaan media massa untuk memberitakannya, memungkinkan
masyarakat memperoleh informasi baru, dan mengubah pola komunikasi berkenaan
dengan hal tersebut.
c. Dari sisi solidaritas, konflik akan
meningkatkan dan memantapkan solidaritas di antara kelompok minoritas.
d. Dari sisi identitas, konflik akan menumbuhkan
kesadaran mengenai siapa mereka dan mempertegas batas-batas kelompok.
Dampak dari
terjadinya konflik, serta cara mengatasi dan mencegah terjadinya konflik
Meskipun memberikan fungsi positif,
namun dalam kenyataannya konflik seringkali menimbulkan dampak negatif bagi
masyarakat. Adanya konflik mengakibatkan terhentinya kerja sama yang belum
terjalin diantara pihak yang terlibat konflik. Hal tersebut menghambat
terjadinya perkembangan masyarakat. Konflik juga seringkali menyebabkan
hancurnya harta benda dan jatuhnya korban jiwa.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan
dalam mengatasi terjadinya konflik, yaitu:
a. Paksaan/
Koersi à
cara yang dilakukan dengan memaksa para pihak yang bersengketa untuk mengadakan
perdamaian.
b. Arbitrasi
à
proses untuk mengatasi konflik dengan melalui pihak tertentu, yaitu arbitrator.
c. Mediasi
à
cara penyelesaian konflik dengan menggunakan pihak ketiga yang memiliki
hubungan baik dengan para pihak yang berkonflik.
d. Negosiasi
à
cara penyelesaian konflik atas inisiatif pihak-pihak yang berkonflik.
Adapun cara untuk mencegah terjadinya
konflik yaitu dengan memperkuat integrasi sosial. Secara etimologi, istilah
integrasi berasal dari bahasa latin integer,
integra, integrum yang berarti utuh, seluruhnya, lengkap, genap, komplit,
bulat, tidak kena luka, tidak dirusakkan.
Integrasi sosial berarti kondisi kemasyarakatan yang ditandai oleh
adanya keutuhan antaranggota masyarakat. Inetgrasi sosial menunjuk pada tiga
tingkat masyarakat, yaitu tingkat mikro, meso, dan makro
Masalah integrasi sosial muncul
berkenaan dengan adanya kenyataan kemajemukan masyarakat. Kemajemukan
masyarakat terdiri dari dua dimensi yaitu kemajemukan vertikal dan horisontal.
Sama seperti kemajemukan masyarakat, integrasi sosial terdiri atas dua bentuk,
yaitu integrasi sosial vertikal dan horisontal.
a. Integrasi
sosial vertikal à merupakan upaya penciptaan kesatuan
hidup bersama dalam masyarakat majemuk yang terkait dengan kemajemukan
vertikal. Definisi kemajemukan vertikal itu sendiri adalah kondisi struktur
sosial masyarakat yang terpolarisasi berdasarkan kepemilikan kekuasaan,
pengetahuan dan kekayaan.
b. Integrasi
sosial horisontal à merupakan upaya penciptaan kesatuan
hidup bersama dalam masyarakat maejmuk yang terkait dengan kemajemukan horisontal.
Adapun yang dimaksud dengan kemajemukan horisontal adalah kondisi struktur
sosial masyarakat yang terpolarisasi berdasarkan keragaman budaya (suku bangsa,
daerah, agama, dan ras), keragaman sosial (perbedaan profesi, dan pekerjaan,
seperti buruh, pengusaha, petani, pegawai negeri, dan pedagang) dan keragaman
tempat tinggal (desa dan kota).
Pada
hakikatnya integrasi sosial bertujuan untuk mewujudkan hal-hal seperti berikut:
a. Fungsionalisasi
dan prestasi yang lebih tinggi, yaitu melalui integrasi sosial dapat
meningkatkan fungsi-fungsi dari berbagai kelompok sosial yang ada untuk
mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan bersama.
b. Mewujudkan
interdependensi atau saling keterkaitan antara berbagai kelompok sosial yang
ada.
c. Mencegah
dan mengelola konflik sehingga tidak merusakkan masyarakat
Sumber
Saptono dan Bambang
Suteng. 2007. Sosiologi Untuk SMA Kelas
XI. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama
Soerjono Soekanto. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada
Soleman b. Taneko. 1984. Struktur
dan Proses Sosial. Jakarta: CV. Rajawali
@MauSarjana
BalasHapus