aBout "GURU"

7 KESALAHAN YANG SERING DILAKUKAN GURU
BY: NISA K.H.
 
Guru merupakan peran yang cukup vital dalam dunia pendidikan karena guuru merupakan sosok yang menjadi sumber dalam proses pembelajaran. Pengertian guru itu sendiri menurut Saiful Bahri Djamarah  (2009:100) guru merupakan figure yang menarik perhatian semua orang, entah dalam keluarga, dalam masyarakat, atau di sekolah. Ki Hajar Dewantara menyebutkan sosok guru sebaai tut wuri handayani, ing madya mangun karso, ing ngarso sung tulodo. Namun seringkali sebagai pendidik, guru banyak melakukan kesalahan-kesalahan dalam proses pembelajara. Berikut tujuh kesalahan yang sering dilakukan oleh guru menurut Mulyasa:
1.       Mengambil Jalan Pintas dalam Pembelajaran.
Tugas guru yang paling utama adalah mengajar, dalam pengertian menata lingkungan agar terjadi kegiatan belajar pada peserta didik. Banyak kasus yang menunjukkan bahwa diantara para guru banyak yang meraasa dirinya sudah dapat mengajar dengan baik, meskipun tidak dapat menunjukkan alasan mengenai asumsi mereka ini. Asumsi yang salah tersebut yang kemudian dapat menyesatkan dan menurunkan kreativitas, sehingga banyak guru yang suka mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, baik dalam perencanaan, pembelajaran, maupun evaluasi.
Guru seharusnya menyadari bahwa mengajar merupakan suatu kegiatan yang melibatkan aspek pedagogies, psikologis, dan didaktis secara bersamaan. Aspek pedagogies menunjuk pada kenyataan bahwa mengajar disekolah berlangsung dalam suatu lingkugan pendidikan, oleh karena itu guru harus mendampingi peserta didik menuju kesuksesan belajar atau kedewasaaan. Aspek psikologi menunjukkan pada kenyataan bahwa peserta didik pada umumnya memiliki taraf perkembangan yang berbeda satu sama lain sehingga menuntut materi yang berbeda pula.
2.       Menunggu Peserta Didik berperilaku Negatif
Tidak sedikit guru yang mengabaikan perkembangan kepribadian peserta didik, serta lupa memberikan pujian kepada mereka yang bebuat baik, dan tidak membuat masalaah. Biasanya guru baru memberikan perhatian kepada peserta didik ketika mereka rebut, tidak memperhatikan, atau mengantuk di kelas, sehingga sikap guru ini dapat dikatakan menunggu peserta didik untuk berperilaku buruk. Kondisi demikian akan mendapat respon yang salah dari peserta didik. Mereka akan memiliki anggapan bahwa jika ingin mendapat perhatian dari guru maka harus berbuat salah atau berperilaku buruk lainnya.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan peserta didik tidaj tahu cara mengganggu teman, dan cara membuat keributan serta perkelahian, dan ini yang kemudian digunakan oleh peserta didik untuk mendapat perhatian.
Guru perlu lebih peka terhadap  perilaku positif yang dilakukan peserta didik, lalu segera member hadiah atas perilaku tersebut dengan perhatian dan member pujian. Memang hal tersebut dirasa sangat sederhana, namun cara-cara sederhana seperti inilah yang membuat para peserta didik dihargai akan prestasi yang telah mereka lakukan.
3.       Menggunakan Destructive Discipline
Dalam proses pembelajaran terkadang ada perilaku negative yang dilakukan oleh peserta didik, bahkan melampaui batas kewajaran karena telah menjurus tindak melawan hukum. Demikian halnya dalam pembelajaran, guru akan menghadapi situasi-situasi  yang menuntut mereka harus melakukan tindakan disiplin.
Seperti alat pendidikan lain, guru tidak memiliki rencana tindakan yang benar, maka dapat melakukan kesalahan yang tidak perlu. Seringkali guru memberikan hukuman tanpa melihat latar belakang kesalahan dan terkadang guru memberikan hukuman yang melampaui batas kewajaran pendidikan, dan juga banyak guru yang memberikan hukuman yang tidak sesuai dengan tindak kesalahan. Tindakan-tindakan tersebut merupakan upaya pembelajaran dan penegakan disiplin yang distruktif, yang sangat merugikan perkembangan peserta didik.
4.       Mengabaikan Perbedaaan Peserta Didik
Kesalahan lainnya yang sering terjadi dalam pembelajaran adalah mengabaikan perbedaan individual sangat mendasar yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran.  Peserta didik memiliki emosi  yang sangat bervariasi, dan sering memperlihatkan sejumlah perilaku yang tampak aneh. Pada umumnya perilaku-perilaku tersebut relative normal, dan cukup bisa ditangani dengan menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif.
5.       Merasa Paling Pandai
Kesalahan lain yang sering dilakukan guru adalah merasa paling pandai dikelasnya. Kesalahan ini berangkat  dari kondisi bahwa pada umumnya para peserta didik di sekolah usianya relative lebih muda dari gurunya. Sehingga guru merasa bahwa peserta didik dipandang sebagai gelas yang perlu diisi air kedalamnya. Hal tersebut sangat menyesatkan, karena dalam kondisi seperti sekarang ini peserta didik dapat belajar seiring dengan cepatnya perkembangan IPTEK yang ada, yang mungkin guru belum menikmatinya. Hal ini terjadi terutama di kota-kota, ketika peserta didik datang dari keluarga kaya yang rumahnya memiliki berbagai sarana dan prasarana yang lengkap.
6.       Tidak ADIL
Pembelajaran baik dan efektif jika mampu memberikan kemudahan kemudian belajar kepada peserta didik secara adil dan merata, sehingga mereka dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Keadilan pembelajaran  merupakan kewajiban bagi guru dalam pembelajaran, dan hak peserta didik untuk memperolehnya. Dalam praktiknya, banyak guru yang tidak adil dan merugikan perkembangan peserta didik, dan ini merupakan kesalahan yang sering dilakukan guru, terutama dalam penilaian. Penilaian merupakan upaya untuk memberikan penghargaan kepada peserta didik sesuai dengan usaha yang dilakukannya selama pembelajaran. Oleh karena itu, dalam penilaian hasil pembelajaran harus dilakukan secara adil dan benar-benar merupakan cerminan dari perilaku peserta didik.
7.       Memaksa Hak Peserta Didik
Memaksa hak peserta didik merupakan kesalahan yang dilakukan guru, sebagai akibat dari kebiasaan guru berbisnis dalam pembelajaran, sehingga menghalalkan segala macam cara untuk mendapatkan keuntungan.

Menurut Abuddin Nata dalam Yamin dan Maisah (2009: 121) Pendidik Profesional, guru bukan saja dituntut melaksanakan tugasnya secara professional, tetapi juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan professional.

Sumber :  Martinis Yamin dan Maisah. 2009. Manajemen Pembelajaran Kelas. Jakarta: Gaung Persada Press