Minggu, 18 Desember 2011

sosiologi

Masyarakat Desa dan Kota
by: Nisa K.H.
Masyarakat pedesaan dan perkotaan memiliki perbedaan dalam kehidupannya. Perbedaan-perbedaan ini berasal dari adanya perbedaan yang mendasar dari keadaan lingkungan, yang mengakibatkan adanya dampak terhadap personalitas dan segi-segi kehidupan. Kesan populer masyarakat kota terhadap masyarakat desa adalah bodoh, lambat dalam berpikir dan bertindak, serta mudah tertipu, dsb. Masyarakat pedesaan ditentukan oleh basis fisik dan sosialnya, seperti adanya kolektivitas, petani individu, tuan tanah, buruh tani, pemaro, dan lainlain. Ciri lain bahwa desa terbentuk erat kaitannya dengan naluri alamiah untuk mempertahankan kelompoknya, melalui kekerabatan tinggal bersama dalam memenuhi kebutuhannya. Sementara dalam masyarakat perkotaan, kebutuhan primer dihubungkan dengan status sosial dan gaya hidup masa kini sebagai manusia modern.

Perbedaan Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan
1.    Lingkungan Umum dan Orientasi Terhadap Alam
Masyarakat pedesaan berhubungan kuat dengan alam, disebabkan oleh lokasi geografinya di daerah desa. Mereka sulit untuk mengendalikan kenyataan alam yang dihadapinya, padahal bagi petani realitas alam sangat penting dalam kehidupannya. Penduduk yang tinggal di desa akan banyak ditentukan oleh kepercayaan-kepercayaan dan hukum-hukum alam, seperti dalam pola berpikir dan falsafah hidupnya. Sementara penduduk yang tinggal di kota berada dalam kehidupan yang bebas dari realita alam. Misalnya, dalam bercocok tanam dan menuai masyarakat desa akan menyesuaikan dengan waktu yang dianggap paling tepat, sehingga ada kecenderungan untuk nrimo. Padahal mata pencaharian juga menentukan relasi dan reaksi sosial.
2.    Pekerjaan atau Mata Pencaharian
Kebanyakan mata pencaharian masyarakat pedesaaan adalah bertani. Tetapi mata pencaharian berdagang (bidang ekonomi) merupakan pekerjaan sekunder darimpekerjaan yang nonpertanian. Sebab beberapa daerah pertanian tidak lepas dari kegiatan usaha atau industry, demikian pula kegiatan mata pencaharian keluarga untuk tujuan hidupnya lebih luas lagi. Pada masyarakat kota, mata pencaharian cenderung menjadi terspesialisasi, dan spesialisasi itu sendiri dapat dikembangkan, mungkin menjadi menejer suatu perusahaan, ketua atau pimpinan dalam suatu birokrasi. Sebaliknya, seorang petani harus kompeten dalam bermaca,-macam keahlian seperti keahlian memelihara tanah, bercocok tanam, penyakit, pemasaran, dsb. Jadi, petani keahliannya lebih luas dibandingkan dengan masyarakat kota.

3.    Ukuran Komunitas
Komunitas pedesaan biasanya lebih kecil dari komunitas perkotaan. Dalam mata pencaharian di bidang pertanian, imbangan tanah dengan manusia cukup tinggi bila dibandingkan dengan industry, dan akibatnya daerah pedesaan mempunyai penduduk yang rendah per kilometer perseginya. Tanah pertanian luasnya bervariasi. Bergantung kepada tipe usaha taninya, tanah yang cukup luas sanggup menampung usaha tani dan usaha ternak sesuai dengan kemampuannya. Oleh sebab itu, komunitas desa lebih kecil jika dibandingkan dengan komunitas kota.
4.    Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk di desa lebih rendah jika dibandingkan dengan kepadatan penduduk di kota. Kepadatan penduduk suatu komunitas kenaikannya berhubungan dengan klasifikasi dari kota itu sendiri. Contohnya dalam perubahan-perubahan pemukiman, dari penghuni satu keluarga menjadi pembangunan multikeluarga dengan flat dan apartemen , seperti yang terjadi di kota.
5.    Homogenitas dan Heterogenitas
Homogenitas dalam cirri-ciri sosial dan psikologi, bahasa, kepercayaan, adat-istiadat, dan perilaku sering nampak pada masyarakat pedesaan. Kampung-kampung bagian dari suatu masyarakat desa mengenai minat dan pekerjaannya hampir sama, sehingga kontak tatap muka lebih sering terjadi. Sebaliknya, masyarakat kota cenderung lebih heterogen. Contohnya dalam perilaku, dan bahasa. Hal ini karena daya tarik dari mata pencaharian, pendidikan, komunikasi, dan transportasi yang menyebabkan kota menarik orang-orang dari berbagai kelompok etnis untuk dating ke kota.
6.    Diferensiasi Sosial
Fasilitas kota, hal-hal yang berguna, pendidikan, rekreasi, agama, bisnis, dan fasilitas perumahan, menyebabkan terorganisasinya berbagai keperluan, adanya pembagian pekerjaan, dan adanya saling membutuhkan serta saling tergantung. Sementara pada masyarakat desa diferensiasi (pembedaan) sosial cenderung lebih rendah tingkatannya dibanding di kota.
7.    Pelapisan Sosial
Kelas sosial di dalam masyarakat sering nampak dalam perwujudannya, seperti piramida sosial, yaitu kelas-kelas yang tinggi berada pada posisi atas piramida, kelas menengah ada diantara kedua tingkat kelas ekstrem dari masyarakat.
Beberapa perbedaan pelapisan antara masyarakat desa dan kota:
a.    Pada masyarakat kota aspek kehidupan pekerjaan, ekonomi, atau sosial-politik lebih banyak sistem pelapisannya dibandingkan dengan di desa.
b.    Pada masyarakat desa kesenjangan antara kelas ekstrem dalam piramida sosial tidak terlalu besar, sedangkan dalam masyarakat kota jarak antara kelas si kaya dan si miskin cukup besar. Di daerah pedesaan tingkatnya hanya kaya dan miskin saja.
c.    Pada umumnya masyarakat pedesaan cenderung pada kelas menengah menurut ukuran desa, sebab orang kaya dan orang miskin sering bergeser ke kota. Kepindahan orang miskin disebabkan karena tidak punya tanah, mencari pekerjaan di kota, atau mengikuti program transmigrasi.
8.    Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial berkaitan dengan perpindahan  atau pergerakan suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya. Mobilitas kerja dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lainnya, mobilitas territorial dari daerah desa ke kota, dari kota ke desa, atau di daerah desa dan kota sendiri. Mobilitas sosial lebihh sering terjadi pada masyarakat kota karena keadaan masyarakat kota yang heterogen
9.    Interaksi Sosial
Perbedaan yang penting dalam interaksi sosial dalam masyarakat kota dan masyarakat desa, diantaranya:
a.         Jumlah masyarakat pedesaan lebih sedikit dan tingkat mobilitas sosialnya rendah, maka kontak pribadi per individu lebih sedikit. Demikian pula kontak melalui radio, televise, majalah, poster, koran, dan media lain.
b.        Penduduk kota lebih sering melakukan kontak, tetapi cenderung formal, dan tidak bersifat pribadi, tetapi melalui tugas atau kepentingan-kepentingannya. Sementara itu, kontak sosial yang terjadi di desa lebih banyak terjadi dengan tatap muka, ramah-tamah (informal), dan pribadi. Daerah jangkauan kontak sosial pada masyarakat pedesaan biasanya sempit dan terbatas. Di kota kontak sosial lebih tersebar pada daerah yang luas, melalui perdagangan, perusahaan, industry, pemerintahan, pendidikan, agama, dsb.
10.    Pengawasan Sosial
Tekanan sosial oleh masyarakat di pedesaan lebih kuat karena kontaknya yang bersifat pribadi dan ramah-tamah, dan keadaan masyarakatnya yang homogeny. Penyesuaian terhadap norma sosial lebih tinggi dengan tekanan sosial yang informal, dan nantinya dapat berarti sebagai pengawasan sosial. Di kota pengawasan sosial lebih bersifat formal, pribadi, kurang terkena aturan yang kurang ditegakkan, dan peraturan lebih menyangkut masalah pelanggaran.
11.    Pola Kepemimpinan
Pola kepemimpinan di desa cenderung didasarkan oleh kualitas pribadi dari individu dibandingkan dengan di kota. Misalnya karena kesalahan, kejujuran, jiwa pengorbanannya, dan pengalamannya. Jika criteria tersebut terus melekat pada masyarakat, maka criteria keturunan akan menentukan kepemimpinan di pedesaan.
12.    Standar Kehidupan
Berbagai alat yang menyenangkan di rumah, keperluan masyarakat, pendidikan, rekreasi, fasilitas agama, dan fasilitas lain tersedia lengkap di kota. Sementara kehidupan di desa masih sangat sederhana dan alat pemenuh kebutuhan juga masih terbatas.
13.    Kesetiakawanan Sosial
Pada masyarakat pedesaan ada kegiatan tolong-menolong (gotong-royong) dan musyawarah, yang pada saat ini masih dirasakan meskipun banyak mendapat pengaruh dari gagasan ideologis dan ekonomis ke desa. Pada masyarakat pedesaan masih ditemui gotong-royong dalam berbagai hal, seperti: menyiapkan pesta, membangun rumah, perkawinan, khitanan, atau kematian. Sementara itu, gotong-royong sudah sangat sulit untuk ditemukan pada masyarakat kota. Masyarakat kota saat kini cenderung lebih individualis.
14.    Nilai dan Sistem Nilai
Pada masyarakat pedesaan, nilai-nilai yang ada masih dipegang kuat oleh anggotanya. Namun dalam masyarakat pedesaan nilai-nilai pendidikan belum memiliki orientasi bernilai penuh bagi penduduk desa, cukup dengan bisa membaca dan menulis dan pendidikan agama. Dalam hal nilai ekonomi, terlihat pada pola usaha taninya yang masih bersifat subsistem tradisional, kurang berorientasi pada ekonomi. Sementara nilai-nilai sosial pada masyarakat kota cenderung luntur karena tidak dipegang teguh oleh para anggotanya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar